LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
Disusun
Oleh:
Nama : Eliza Noviani
Npm : E1G015010
Prodi : Teknologi Industri Pertanian
Kelompok
: 6 (Enam)
Hari/Jam : Senin/12:00-14:00 Wib
Tanggal : 09 Mei 2016
Ko-Ass : Juliawanto
Dosen : Drs. Syafnil, M.Si
Dra. Devi Silsia, M.Si
Objek
Praktikum : ANALISA KUALITAS AIR
LABORATORIUM
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Air merupakan senyawa yang bersifat
pelarut universal, karena sifatnya tersebut, maka tidak ada air dan perairan
alami yang murni. Tetapi didalamnya terdapat unsur dan senyawa yang lain.
Dengan terlarutnya unsur dan senyawa tersebut, terutama hara mineral, maka air
merupakan faktor ekologi bagi makhluk hidup. Walaupun demikian ternyata tidak
semua air dapat secara langsung digunakan memenuhi kebutuhan makhluk hidup,
tetapi harus memenuhi kriteria dalam setiap parameternya masing-masing
(Mardzuki, 1990).
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dan tidak bisa diganti
perannya bagi makhluk hidup. Kualitas air merupakan penentu kelangsungan kehidupan makhluk hidup
kedepannya, khususnya manusia. Pencemaran air memiliki pengertian bahwa
adanya penyimpangan sifat – sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurnian
air tersebut. Air yang tersebar di bumi ini tidak pernah terdapat dalam bentuk
murni. Namun bukan berarti bahwa semua sudah tercemar Apabila kandungan zat-zat
kimia tersebut terlalu banyak jumlahnya didalam air, air tersebut dapat menjadi
sumber bencana yang dapat merugikan kelangsungan hidup semua makhluk
sekitarnya. Kini dengan adanya pencemaran-pencemaran air oleh pabrik maupun
rumah tangga, kandungan zat-zat kimia di dalam air semakin meningkat dan pada
akhirnya kualitas air tersebut menurun (Suswoyo, 2009).
1.2
Tujuan
Mahasiswa mampu menguji atau
menganalisis beberapa sifat fisis dan sifat kimia secara kualitatif dan
kuantitatif.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Secara umum, parameter kualitas air dapat digolongkan
kedalam 3 faktor besar yaitu faktor fisika seperti suhu, kecepatan arus, dan kekeruhan.
Faktor kimia seperti pH, CO2, dan alkalinitas. Faktor biologi
seperti keberadaan plankton, benthos, dan makrofita(Sedana, 1996).
Oksigen adalah salah satu gas yang ditemukan terlarut pada
perairan. Kadar oksigen terlarut di perairan bervariasi bergantung pada suhu,
salinitas, turbulensi air, dan tekanan atmosfir
(Effendi,2000).
Pada umumnya, perairan alami mengandung CO2 bebas
> 2 mg/L yang pada konsentrasi tinggi dapat beracun, karena keberadaannya
dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin.(Zonnevell, 1991).
Pola
temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya,
ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi)
dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan
dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan
oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin
pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga
badan air terkena cahaya matahari secara langsung (Barus, 2003).
Nilai
pH merupakan salah satu parameter yang praktis bagi pengukuran kesuburan suatu
perairan. Banyak reaksi kimia penting yang terjadi pada tingkatan pH yang
sulit. Menurut jenis dan aktivitas biologinya suatu perairan dapat mengubah pH
dari unit penanganan limbahnya tetapi pada umumnya batas toleransi ikan adalah
berkisar pada pH 4 “Aerd penth point” sampai pH 2 “Basie death point”. Perairan
yang memiliki kadar pH 6,5 – 8,5 merupakan perairan yang sangat ideal untuk
tempat hidup dan produktifitas organisme air. Derajat keasaman sering juga
digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan atau perairan dalam
memproduksi garam mineral. Garam mineral merupakan faktor penentu bagi semua
proses produksi di suatu perairan. Derajat keasaman perairan merupakan suatu
parameter penting dalam pemantauan kualitas air, dengan mengetahui jumlah kadar
pH suatu perairan kita dapat mengetahui tingkat produktifitas perairan
tersebut. Kandungan pH dalam suatu perairan dapat berubah-ubah sepanjang hari
akibat dari proses fotosintesis tumbuhan air. Derajat keasaman suatu perairan
juga sangat menentukan kelangsungan hidup organisme dan merupakan resultan
sifat kimia, fisika perairan (Welch, 1952).
Analisa
Umum pada Air Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, khususnya air
minum Tetapi ketersediaan air minum yang memenuhi syarat semakin sulit
dipenuhi, terlebih lagi daerah-daerah resapan air yang telah dirubah menjadi
pemukiman penduduk, limbah-limbah industri yang mencemari sungai-sungai,
semakin mempersulit masyarakat untuk mendapatkan air yang layak untuk di minum.
II.1.1 definisi air minum Di dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum, disebutkan bahwa air Minum adalah air yang melalui proses
pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan
dapat langsung di minum. 1.2 persyaratan air minum Walaupun air dari sumber
alam dapat diminum oleh manusia, tetapi terdapat resiko kalau air ini telah
tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya.
Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 °C, tetapi banyak
zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara mendidihkan
air. Jadi, air yang akan digunakan untuk air minum tidak bisa sembarang air,
misalnya di rumah anda, sumber air berasal dari air tanah, yang diambil dengan
menggunakan jetpump, meskipun secara kasat mata tampak jernih, tetapi belum
tentu memenuhi syarat, karena kondisi lingkungan disekitarnya akan sangat
menentukan kualitas air tersebut. Untuk memastikan apakah air tanah yang ada di
rumah anda memenuhi syarat untuk di minum atau tidak, sebaiknya anda membawa
sampel air tersebut ke laboratorium pengujian seperti Sucofindo, atau lab-lab
swasta lain yang banyak menjual jasa untuk pemeriksaan air, tapi cek juga,
apakah lab yang akan anda gunakan sudah terakreditasi atau belum. Ini untuk
menjamin akurasi hasil pemeriksaan. Jika lab-nya sudah terakreditasi, maka
validitas hasil pengujian tentunya lebih terpercaya. (Soeseno, S. 1970).
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat yang
digunakan
·
Gelas ukur 50 ml
·
Gelas piala 100 ml
·
Gelas ukur 100 ml
·
Pipet tetes
·
Pipet volume 5 ml
·
Pipet volume 10 ml
·
Lampu spiritus
·
Tabung reaksi + rak
·
Erlenmeyer 250 ml
·
Kompor listrik / gas
·
Buret + statis
·
Corong kaca
·
Neraca analitik
·
Botol semprot
·
Batang pengaduk
·
Thermometer
Bahan yang
digunakan
·
KMnO4
·
Aquades
·
H2SO4
·
Kertas lakmus merah
·
Asam oksalat ( H2C2O4)
3.2
Prosedur Kerja
1. Suhu / temperature
v Siapkan
sampel (buka tutup botol sampel)
v Celupkan
alat pengukur suhu (thermometer atau O2 meter) kedalam sampel,
pastikan tangan anda tidak bersentuhan dengan alat pengukur tersebut.
v Baca angka
yang tertera pada alat tersebut.
2. Zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi
v Ambil sampel
sebanyak 100 ml dengan gelas ukur dan tuangkan kedalam gelas piala dan
panaskan.
v Perhatikan,
apakah sampel menjadi keruh ataukah ada yang mengendap.
v Jika sampel
menjadi keruh berarti ada zat padat terlarut, sadangkan jika terjadi endapan
berarti sampel mengandung zat tersuspensi.
3. Warna
v Ambil sampel
kedalam tabung reaksi sebanyak ± ¾ dari volume tabung reaksi
v Bandingkan
warnanya dengan larutan standar yang telah disediakan.
4. DO ( dissolve oxygen)
v 100 ml
sampel dimasukkan kedalam gelas piala yang bervolume 100 ml
v Celopkan
thermometer kedalam sampel
v Takan mode
untuk mendapatkan nilai DO
v Angka yang
tertera pada O2 menunjukkan konsentrasi oksigen yang didukung sampel
5. Amoniak (NH3)
v Masukkan
10-15 ml sampel kedalam tabung reaksi
v Lipatkan
kertas l;akmus merah kedalam mulut tabung reaksi
v Panaskan
diatas api lampu spiritus
v Amati
sampel, apakah tercium bau tengik atau tidak.
v Sampel
mengandung amoniak apabila tercium bau tengik atau lakmus merah berubah menjadi
warna biru.
6.
COD secara kuantitatif
v Pipet 10 ml
sampel dengan volume dan masukkan kedalam gelas ukur 100 ml
v Encerkan
sampel tersebut dengan aquades sampai volume 100 ml
v Ditambah 5
ml H2SO4 4N , panaskan sampi mendidih
v Ditambah
lagi dengan 10 ml KMnO4 0,01 N dan didihkan selama 10 menit ( terbentuk warna merah muda )
v Jika selam
di didihkan warna merah muda hilang tambah 10 ml KMnO4 0,01 N lagi, sampai warna merah muda tidak
hilang lagi.
v Tambah 10 ml
asam oksalat 0,01 N warna merah muda
hilang
v Selagi panas
segera titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai terbentuk warna merah muda
yang stabil (tidak hilang lagi), catat volume KMnO4 yang terpakai
(=r).
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
No
|
Parameter
|
Hasil Pengamatan
|
|||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
VI
|
VII
|
VIII
|
||
1
|
Suhu
|
25 ºc
|
23ºc
|
24ºc
|
24ºc
|
23ºc
|
24ºc
|
24ºc
|
24ºc
|
2
|
Zat Padat Terlarut
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tidak ada
|
||
3
|
Zat Padat Tersuspensi
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Tidak ada
|
Ada
|
Tidak ada
|
||
4
|
Warna
|
Bening
|
Bening
|
Keruh
|
Bening
|
Bening
|
Keruh
|
Putih
|
Bening
|
Keterangan : I. Air laut
II. Air sumur
III. Air tahu
IV. Air danau
V. Airr galon
VI. Air sawah
VII. Air cucian
VIII. Air sungai
4.2
Pembahasan
Dalam
praktikum analisa kualitas air ini kami menggunakan 8 macam sampel yang
berurutan ialah air laut, air sumur, air tahu, air danau, air galon, air sawah,
air cucian dan air sungai. Dalam melakukan pengamatan, kami menggunakan 4 macam
parameter yaitu, suhu, zat padat terlarut, zat padat tersuspensi dan juga
warna.
Dan dari pengamatan dalam melakukan praktikum
di dapatlah hasil bahawa, air laut bersuhu 25ºc dan berwarna bening, air sumur
bersuhu 23ºc dan berwarna bening, air tahu bersuhu 24ºc, ada zat padat terlarut
dan berwarna keruh, air danau bersuhu 24ºc dan berwarna bening, air galon
bersuhu 23ºc dan berwarna bening, air sawah bersuhu 24ºc, ada zat padat
terlarut, ada zat padat tersuspensi dan berwarna keruh, air cucian bersuhu 24ºc
dan berwarna putih serta yang terakhir ialah air sungai bersuhu 24ºc dan
berwarna bening.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Air
merupakan unsure alami yang mempunyai sifat-sifat kimia maupun fisika didalam
struktur atomnya, hal ini dapat dilihat dari pengamatan streoskop dimana air
mempunyai keterkaitan antara unsur atom yang satu dengan unsure atom yang lain
yang kemudian membentuk persenyawaan. Air adalah substansi
kimia dengan rumus kimia H2O: satu melekul air tersusun atas dua atom hidrogen
yang terkait secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak
berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada
tekanan 100 KPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0°C). Zat kimia ini merupakan
suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk melarutkan banyak zat
kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam, beberapa jenis gas dan banyak
macam molekul organik.
5.2
Saran
Sebaiknya
dalam melakukan praktikum, praktikan harus bisa memanfaatkan waktu yang telah
ditentuka, agar data yang diperoleh lebih akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
Barus, T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Medan : Jurusan
Biologi FMIPA USU.
Effendi, H. 2001. Telaahan Kualitas
Air. Bogor : Penerbit Institut Pertanian
Bogor.
Sedana, I. P., S. Hasibuan dan Syafriadiman , 2001. Pengelolaan Kualitas Air.
Pekanbaru : Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Riau.
Soeseno, S. 1970. Limnologi. Jakarta : Direktorat JenderaL
Perikanan Departemen
Perikanan.
Welch, 1952. Water Quality in Warmwater Fish Ponds. Alabama USA : Auburn
University
Agricultural Experiment Station
Zonnevell, N., E. A. Huisman dan J. H. Brown, 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Ikan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar