LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA
ANORGANIK

DISUSUN
OLEH :
NAMA : ELIZA NOVIANI
NPM : E1G015010
PRODI : TEKNOLOGI INDUSTRI
PERTANIAN
KELOMPOK/SIFT : 1 (SATU)
HARI/JAM : KAMIS/ 08.00 WIB
TANGGAL : 12 NOVEMBER 2015
KO-ASS : RENDI ANDRIAN
DOSEN : Drs. SYAFNIL, M.Si
OBYEK PRAKTIKUM : PENGENDALIAN KEASAMAN (pH)
LARUTAN BUFFER
LABORATORIUM
TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam pekerjaan kadang-kadang diperlukan suatu
larutan dengan pH tertentu yang dapat disimpan tanpa mengalami perubahan pH.
Dalam penyimpanan, zat dapat megalami perubahan pH karen berbagai hal.
Buffer adalah zat yang dapat mempertahankan pH ketika
ditambah sedikit asam/basa atau ketika diencerkan. Buffer terdiri dari asam
lemah dan garamnya/basa konjugasinya atau basa lemah dan garamnya/asam
konjugasinya, dalam perbandingan jumlah mol tertentu mempunyai kemampuan
mempertahankan pH-nya, jika ke dalam larutan ini masuk sedikit asam atau basa
kuat. Bila larutan penyangga berasal dari asam lemah dan garamnya tercampur
sedikit asam kuat, maka asam kuat akan bereaksi dengan garamnya sehungga asam
kuat akan diubah menjadi garam (bersifat netral) dan asam lemah. Sifat asam
kuatnya menjadi sangat kecil. Bila ditambah sedikit basa kuat maka basa kuat
ini menjadi sangat kecil, karena bereaksi dengan asamnya. Bila ditambah sedikit
asam, komponen buffer yang bersifat basa akan mengikat ion H+
sehingga jumlah ion H+ tidak bertambah dan pH tidak menurun. Bila
ditambah sedikit basa, komponen buffer yang bersifat asam akan mengikat ion OH-
sehingga jumlah ion OH- tidak bertambah dan pH tidak meningkat.
Buffer umumnya memiliki kapasitas penyangga dengan rentang 1 nilap pH diatas
dan dibawah pH normal buffer tersebut.
Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama
larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai pH apabila
larutan tersebut ditambahkan sejumlah asam atau basa maupun diencerkan dengan
menambah sejumlah volume air.
1.2
Tujuan
1. Menjelaskan
pentingnya larutan buffer.
2. Membuar
larutan buffer.
3. Membedakan
larutan buffer dengan larutan bukan buffer.
4. Mengetahui
sistem kerja buffer dalam mempertahankan pH.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan penyangga atau larutan buffer
atau dapar merupakan suatu larutan yang dapat mempertahankan nilai pH tertentu.
Adapun sifat yang paling menonjol dari larutan penyangga ini seperti pH larutan
penyangga hanya berubah sedikit pada penambahan sedikit asam kuat. Disamping
itu larutan penyangga merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam
lemah dengan basa konjugatnya ataupun oleh basa lemah dengan asam konjugatnya.
Reaksi ini disebut sebagai reaksi asam-basa konjugasi. Disamping itu mempunyai
sifat berbeda dengan komponen-komponen pembentuknya. (Rizki, 2012)
Larutan buffer
mempunyai kapasitas buffer (yang
biasa disebut indeks buffer atau
intensitas buffer). Kapasitas buffer merupakan suatu ukuran kemampuan buffer untuk mempertahankan pHnya yang konstan
apabila ditambahkan asam kuat atau basa kuat. Kapasitas buffer bergantung pada jumlah asam-garam atau
basa-garam yang terkandung di dalamnya. Apabila jumlahnya besar, pergeseran
kesetimbangan ke kanan maupun ke kiri dapat berlangsung banyak untuk
mengimbangi asam kuat atau basa kuat yang ditambahkan. Sehingga dapat disebut
kapasitasbuffernya besar. Sebaliknya apabila jumlah asam-garam
atau basa-garam itu kecil, dapat menyebabkan pergeseran kesetimbangan ke kanan
dan ke kiri berlangsung sedikit. Sehingga dapat dikatakan kapasitas buffernya kecil. Suatu buffer dapat
menahan perubahan [H+] sebanyak 100x semula.
Perubahan pH yang diizinkan hanyalah sekitar 2. Ka atau Kb adalah konstanta,
maka suatu buffer hanya efektif pada
daerah pH tertentu yang disebut rentang daerah buffer.
Sesungguhnya penambahan asam/basa pada suatu buffer akan
mengubah pH-nya, namun perubahan itu sangatlah kecil dan dapat diabaikan.
Namun, jika jumlah asam/basa yang ditambahkan makin banyak, maka perubahan
pH-nya tak dapat diabaikan lagi. Jumlah asam atau basa yang dapat dinetralkan
suatu buffer sebelum pH larutan berubah disebut
kapasitas buffer (Syukri, 1999).
Larutan buffer sering
digunakan dalam bidang kimia analisis seperti pada pembuatan fase gerak pada
KCKT dan ekstraksi obat dari larutan berair. Jenis buffer yang paling sederhana
tersusun atas asam/basa lemah yang dikombinasikan dengan asam/basa kuat. Sistem
buffer yang umum adalah sistem natrium asetat atau asam asetat. Cara langsung
yang digunakan untuk membuat buffer adalah dengan menambahkan natrium
hidroksida pada asam asetat sampai pH yang dikehendaki tercapai. Kisaran pH
yang paling efektif untuk membuat buffer adalah satu unit pH disekitar nilai
pKa asam atau basa lemah yang digunakan untuk membuat buffer. Sebagai contoh,
nilai pKa asam asetat adalah 4,76 karenanya kisaran pH buffer yang paling efektif
adalah 3,76 hingga 5,76 (Rohman, 2007).
Buffer juga dapat digunakan
dalam melihat rentang asam/basa, melalui diagram potensial-pH tidak dapat
mencakup seluruh daerah pH, karena terbatasi oleh trayek rentang pH sistem
buffer. Walaupun demikian, rentang pH 3,22-9,03 adalah salah satu daerah pH
penting dalam kajian korosi baja karbon, karena daerah itu meliput sebagian
besar daerah peralihan korosi aktif ke keadaan pasif (Bundjali, 2004).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
·
NaOH
·
HCH3COO
·
HCl
·
NaCH3COO
·
NH4OH
·
NH4Cl
·
Tabung reaksi
·
Rak tabung reaksi
·
Gelas piala
·
Pipet ukur 5 ml
·
Gelas ukur
·
Botol semprot
·
Corong kaca
3.2 Cara Kerja
3.2.1 Laruran Bukan Buffer
3.2.1.1 Penentuan pH larutan bukan buffer
Menyediakan tiga buah tabung reaksi yang bersih, mengisi ketiga tabung reaksi
tersebut dengan :
Tabung pertama + 1 mL larutan HCl 0,0001 M
Tabung kedua + 1 ml air
Tabung ketiga + 1 ml larutan NaOH 0,001 M
Menentukan dan mencatat pH larutan dengan indikator universal.
3.2.1.2
Penentuan pH larutan bukan buffer setelah ditambah asam
Mengambil ketiga tabung reaksi yang
berisi larutan diatas (3.2.1.1) yang telah diketahui pHnya. Kedalam
masing-masing tabung reaksi tersebut ditambahkan 1 tetes HCl 1M, menentukan pH
larutan dengan indicator universal.
3.2.2
Larutan Buffer
3.2.2.1
Penentuan pH larutan buffer
a.
Menyediakan
dua buah gelas piala atau erlemeyer,masing-masing gelas diisi dengan 25 ml asam
asetat (HCH3COO) 1 M dan 25 ml natrium asetat ( NaCH3COO)
1 M. Gelas digoyang-goyang supaya larutan homogeny dan menentukan pH larutan
tersebut dengan indicator universal, mencatat hasil. Larutan ini jangan
dibuang karena akan dipakai untuk percobaan selanjutnya.
b.
Menyediakan
dua buah gelas piala atau erlemeyer, masing-masing gelas diisi dengan 25 ml
ammonium hidroksida (NH4OH) 1M dan 25 ml natrium asetat (NH4Cl)
1 M. Gelas digoyang-goyang supaya larutan homogeny dan menentukan pH larutan
tersebut dengan indicator universal, mencatat hasil. Larutan ini jangan
dibuang karrena akan dipakai uuntuk percobaan selanjutnya.
3.2.2.2
Penentuan pH larutan setelah penambahan asam/basa
a.
Menyediakan
larutan 3.2.2.1.a, ke dalam larutan tersebut ditambahkan :
· Untuk tabung
pertama ditambah 5 ml HCl 0,1 M, mencatat pH larutan.
· Untuk tabung
kedua ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M, mencatat pH larutan.
b.
Menyediakan
larutan 3.2.2.1.b, ke dalam larutan tersebut ditambahkan :
· Untuk tabung
pertama ditambah 5 ml HCl 0,1 M, mencatat pH larutan.
· Untuk tabung
kedua ditambahkan 5 ml NaOH 0,1 M, mencatat pH larutan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
LARUTAN
BUKAN BUFFER
No
|
Larutan
|
pH
(keasaman)
|
||
Awal
|
Setelah
ditambah 1 ml HCl 0,1 M
|
Setelah
ditambah 1 ml NaOH 0,1 M
|
||
1
|
HCl 0,0001
M
|
4
|
1
|
|
2
|
Air
|
4
|
1
|
|
3
|
NaOH
0,0001 M
|
10
|
1
|
LARUTAN
BUFFER
No
|
Larutan
|
pH
(keasaman)
|
||
awal
|
Setelah
ditambah 5 ml HCl 0,1 M
|
Setelah
ditambah 5 ml NaOH 0,1 M
|
||
1
|
25 ml HCH3COO
1 M + 25 ml NaCH3COO 1 M
|
5
|
5
|
5
|
2
|
25 ml NH4OH
1 M + 25 ml NH4Cl 1 M
|
5
|
1
|
6
|
4.2 Pembahasan
Dari tabel
bukan buffer seperti diatas dapat diketahui bahwa pH awal penyangga asam HCl
0,0001 M adalah 4, setelah mengalami penambahan 1 ml HCl 0,1 M maka pHnya
menjadi 1, kemudian pada larutan Air dengan pH awal adalah 4, setelah ditambah
dengan 1 ml HCl 0,1 M maka pHnya menjadi 4, dan pada larutan NaOH 0,0001 M
dengan pH awal adalah 10, setelah penambahan 1 ml HCl 0,1 M maka pHnya
menjadi 1.
Pada tabel buffer dapat diketahui
bahwa pH awal dari 25 ml HCH3COO 1 M + 25 ml NaCH3COO
1 M adalah 5 setelah ditambah dengan 5 ml
HCl 0,1 M maka pHnya tetap 5, dan setelah ditambah 5 ml NaOH 0,1 M maka pHnya
tetap 5, kemudian pada pH awal dari 25 ml NH4OH 1 M + 25 ml NH4Cl
adalah 5 setelah ditambah dengan 5 ml HCl 0,1 M pHnya menjadi 1, dan setelah ditambah
dengan 5 ml NaOH 0,1 M maka pHnya menjadi 6.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan yaitu,
1. pembuatan
larutan buffer dilakukan dengan mencampurkan sejumlah larutan basa lemah dengan
larutan asam konjugasinya
2. pembuatan
larutan buffer dilakukan dengan mencampurkan sejumlah larutan asam lemah dengan
basa konjugasinya.
3. Perubahan pH
pada larutan penyangga terjadi dengan perubahan kecil yang signifikan karena
sifatnya yang mempertahankan nilai pH saat ditambahkan sedikit asam atau basa.
Dari
pratikum buffer dapat disimpulkan bahwa penting dalam menjelaskan tentang
larutan buffer, pratikan bisa membuat suatu larutan buffer baik dalam pratikum
atau ditempat yang lain, pratikan juga bisa membedakan larutan buffer dan
larutan bukan buffer dengan menggunakan pratikum, dan juga bisa mengetahui
sistem kerja dari buffer tersebut.
5.2 Saran
Saran yang dapat
diberikan adalah setiap praktikan harus menjaga kebersihan diri, alat dan ruang
laboratorium. Praktikan juga diharapkan bekerja dengan teliti. Ketika percobaan
berlangsung praktikan harus bisa menjaga keselamatan kelompok, jangan egois,
serta sesama praktikan tidak boleh bercanda ketika percobaan sedang berlngsung.
BAB VI
JAWABAN PERTANNYAAN
1.
Jelaskan
pengaruh penambahan larutan asam atau basa terhadap pH larutan buffer.
2.
Jelaskan
dengan persamaan reaksi, mengapa larutan natrium asetat dengan asam asetat berfungsi
sebagai larutan buffer.
3.
Jelaskan
pengertian kapasitas buffer, beri contoh !
Penyelesaian
:
1.
perhatikan buffer
asam yang dibuat dari CH3COOH dan CH3COONa, bila kita tambahkan asam misalnya
HCl maka reaksi yang terjadi adalah:
CH3COONa + HCl -> CH3COOH + NaCl
jadi dengan ditambahkan asam maka konsentrasi CH3COONa dalam buffer akan berkurang dan konsentrasi CH3COOH bertambah. Akan tetapi berkurang atau bertambahnya spesies ini adalah sebanding sehingga pH buffer tidak berubah.
Jumlah asam atau basa yg ditambahkan ke dalam buffer memiliki jumlah tertentu hal ini yg disebut sebagai kapasitas buffer sehingga pH buffer tidak berubah.
CH3COONa + HCl -> CH3COOH + NaCl
jadi dengan ditambahkan asam maka konsentrasi CH3COONa dalam buffer akan berkurang dan konsentrasi CH3COOH bertambah. Akan tetapi berkurang atau bertambahnya spesies ini adalah sebanding sehingga pH buffer tidak berubah.
Jumlah asam atau basa yg ditambahkan ke dalam buffer memiliki jumlah tertentu hal ini yg disebut sebagai kapasitas buffer sehingga pH buffer tidak berubah.
2.
Atom hidrogen (H)
pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat
dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga
memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan
nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−).
Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama
dengan konsentrasi pada cuka rumah) memilikipH sekitar 2.4.
Asam asetat bersifat korosif terhadap
banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng, membentuk
gas hidrogen dan
garam-garam asetat (disebut logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh
dengan reaksi asam asetat dengan suatu basa yang
cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua
garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam
asetat:
3.
Kapasitas buffer
(buffer capacity) adalah suatu ukuran kemampuan larutan penyangga dalam
mempertahankan pH-nya dan tergantung dari konsentrasi komponen-komponen yang
ada di larutan tersebut baik secara absolut maupun secara relatif.
DAFTAR PUSTAKA
Bundjali Bunbun. Surdia N.M.. Liang Oei Ban.
Ariwahjoedi Bambang. 2004. Konstruksi
Diagram
Potensial-pH untuk Baja Karbon dalam Buffer Asetat secara
Potensiodinamik
Eksperimental. Jurnal Matematika dan Sains. Vol. 9 No. 4.
Rizki. 2012. Larutan Penyangga.
Rohman Abdul, Golib I. G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2.
Bandung : ITB Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar