LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Nama : Eliza Noviani
NPM : E1G015010
Prodi : Teknologi Industri
Pertanian
Kelompok : 2 (dua)
Hari/jam : Selasa / 10:00 WIB
Tanggal : 11 Oktober 2016
Dosen : 1. Drs. Hasan B.
Daulay, MS
2. Dra. Devi Silsia, M.Si
3. Fitri Electrika Dewi S., STP, M.Sc
Co-ass : 1. Andika Putra
(NPM :
E1G013034)
2. Alif Abdussalam
(NPM :
E1G014024)
Objek Praktikum : IDENTIFIKASI ASAM AMINO DAN
PROTEIN
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Protein (protos yang berarti ”paling utama")
adalah senyawa organik
kompleks yang mempuyai bobot
molekul tinggi
yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
peptida. Peptida dan
protein merupakan polimer kondensasi asam amino dengan penghilangan unsur air
dari gugus amino dan gugus karboksil. Jika bobot molekul senyawa lebih kecil
dari 6.000, biasanya digolongkan sebagai polipeptida (Poedjiadi, 1994).
Protein banyak terkandung di dalam makanan yang sering dikonsumsi oleh
manusia. Seperti pada telur, tempe, tahu, ikan dan lain sebagainya. Secara umum
membagi sumber protein yaitu protein dari sumber nabati dan hewani.
Protein sangat penting bagi kehidupan organisme pada umumnya, karena ia
berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak dan suplai nutrisi yang
dibutuhkan tubuh. Maka, penting bagi kita untuk mengetahui tentang protein dan
hal-hal yang berkaitan dengannya (Ridwan, 1990).
1.2
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui
unsur-unsur utama penyusun protein.
2. Membuktikan
adanya molekul-molekul peptida dari protein.
3. Membuktikan
adanya asam amino bebas dari protein.
4. Membuktikan
adanya asam amino tirosin, triptofan atau fenil alanin yang terdapat dalam
protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam-asam amino hasil hidrolisis protein
dapat dipisahkan satu sama lain dengan menggunakan kromatografi penukar
ion. Tiga macam penyangga pH tinggi dipakai untuk mengelusi asam amino pada
kolom kromatografi. Urutan pengelusian tergantung pada muatan asam amino
. Asam amino basa( lisin, histidin, arginine) paling kuat mengikat muatan negative
resin penukar ion. Teknik ini memungkinkan penentuan asam amino apa saja yang
terdapat dalam protein tertentu. Kelimpahan relative asam-asam amino juga bisa
ditentukan dengan mengukur konsentrasi tiap asam amino. Senyawa ninhidrin
bereaksi dengan asam amino membentuk warna ungu. Larutan berwarna ungu ini
diukur absorbansinya pada panjang gelombang 570 nm, lalu konsentrasi relative
tiap asam amino dapat ditentukan (Ngili, 2001).
Protein telur mengalami denaturasi dan
terkoagulasi selama pemasakan. Pemanasan akan membuat protein bahan
terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun. Hal ini terjadi
karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non kovalen
yang ada pada struktur alami protein tetapi tidak memutus ikatan kovalennya
yang berupa ikatan peptida (Poedjiadi, 1994)
Protein ialah polimer alami yang terdiri
dari sejumlah unit asam amino (amino acid) yang berikatan satu dengan lainnya
lewat ikatan amina (atau peptida). Jaring laba-laba, bulu hewan dan otot, putih
telur, dan hemoglobin (molekul
yang mengangkut oksigen dalam tubuh ke tempat yanag memerlukan) ialah protein.
Peptida ialah oligomer dari asam amino yang memainkan peran penting dalam
banyak proses biologis. Contohnya, peptide hormone insulin mengatur kadar gula
darah, bradikinin mengatur tekanan darah, dan oksitosin meregulasi kontraksi
uterus dan laktasi. Jadi, protein, pepetida, dan asam amino merupakan bahan
yang penting bagi struktur, fungsi, dan reproduksi makhluk hidup
(Haryanto, 2004).
Protein adalah suatu senyawa organik yang
mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol).
Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya
seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam
amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain,
menentukan sifat biologis suatu protein (Girindra, 1986).
Protein adalah sumber asam amino yang
mengandung unsur C,H,O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat.
Molekul protein mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis protein yang
mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Winarno, 1997).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat :
Tabung reaksi Bahan : Larutan NaOH 10%
Penjepit tabung reaksi Larutan CuSO4 0,5%
Rak tabung reaksi Pereaksi Ninhidrin 0,1%
Cawan porselen HNO3
Gelas obyek Pereaksi Milon
Alat pemanas Pb-asetat 5%
Pipet tetes HCl pekat
Sikat tabung reaksi
Sampel (albumin telur,
Labu ukur kasein, ekstrak daging,
ekstrak kacang hijau)
3.2
Cara Kerja
A.
Uji adanya unsur C, H dan O
1. Memasukkan
1 ml albumin telur ke dalam cawan
porselin.
2. Meletakkan
kaca obyek diatasnya, kemudian dipanaskan.
3. Memperhatikan
adanya pengembunan pada gelas obyek, yang menunjukkan adanya Hidrogen (H) dan
Oksigen (O).
4. Mengambil gelas obyek, lalu
mengamati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut terbakar, berarti
mengandung unsur Nitrogen (N).
5. Bila
terjadi pengarangan, berarti ada atom karbon (C).
6.
Mengulangi percobaan
menggunakan sampel yang lain.
B. Uji adanya Atom N
1.
Memasukkan 1 ml larutan
albumin telur ke dalam taung reaksi.
2. Menambahkan
1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Memperhatikan
bau amonia yang terjadi dan mengujinya dengan kertas lakmus merah yang telah
dibasahi aquades.
4. Terbentuknya
bau amonia dan kertas lakmus merah berubah menjadi warna biru menunjukkan
adanya N.
5.
Mengulangi percobaan
menggunakan sampel yang lain.
C. Uji adanya Atom S
1.
Memasukkan 1 ml larutan
albumin telur ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan
1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
3. Menambahkan
4 tetes larutan Pb-asetat 5%.
4. Bila
larutan menghitam, berarti PbS terbentuk. Kemudian menambahkan 4 tetes HCl
pekat dengan hati-hati.
5. Memperhatikan
bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi.
6.
Mengulangi percobaan
menggunakan sampel yang lain.
D. Uji Biuret
1.
Menyediakan 4 tabung
reaksi yang bersih, lalu masing-masing diisi dengan larutan albumin, kasein,
ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan
pada setiap tabung 1 ml NaOH 10% dan 3 tetes CuSO4 0,2%.
3. Menyampurkan
dengan baik.
4.
Mengamati perubahan
yang terjadi.
E. Uji Ninhidrin
1.
Menyediakan 4 tabung
reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein,
ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan
pada setiap tabung 5 tetes pereaksi Ninhidrin.
3. Kemudian
dipanaskan diatas penangas air hingga mendidih selama 5 menit.
4.
Mengamati perubahan
warna yang terjadi.
F. Uji Xantoprotein
1.
Menyediakan 4 tabung
reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein,
ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan
pada setiap tabung 1 ml HNO3 pekat. Memperhatikan adanya endapan
putih yang terbentuk.
3. Kemudian
dipanaskan selama 1 menit dan mengamati terbentuknya warna kuning.
4. Selanjutnya
di dinginkan di bawah air kran, lalu menambahkan NaOH 10% setetes demi setetes
melalui dinding tabung hingga terbentuk lapisan.
5.
Memperhatikan perubahan
warna yang terjadi. Reaksi positif bila pada perbatasan antara protein dan NaOH
terbentuk warna jingga.
G. Uji Milon
1.
Menyediakan 4 tabung
reaksi yang bersih, lalu masin-masing diisi dengan larutan albumin, kasein,
ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau sebanyak 2 ml.
2. Menambahkan
pada setiap tabung 1 ml pereaksi Milon.
3. Kemudian
memanaskan campuran ini, memungkinkan terbentuk endapan kuning.
4. Selanjutnya
di dinginkan di bawah air kran, lalu menambahkan 1 tetes larutan NaNO2
1%.
5. Memanaskan
lagi, endapan atau larutannya akan menjadi merah.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Uji
adanya unsur C, H dan O
No
|
Zat
Uji
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
||
Pengambunan
(H
dan O)
|
Pengarangan
(C)
|
Bau
Rambut
Terbakar
(N)
|
||
1.
|
Albumin telur
|
+
|
+
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
+
|
+
|
-
|
3.
|
Kasein
|
+
|
+
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
+
|
+
|
+
|
B. Uji
adanya Atom N
No
|
Zat
Uji
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
|
Bau
Amoniak (N)
|
Kertas
Lakmus Merah (N)
|
||
1.
|
Albumin telur
|
+
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
+
|
+
|
3.
|
Kasein
|
+
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
-
|
-
|
C. Uji
adanya Atom S
No
|
Zat
Uji
|
Hasil
Pengamatan (+/-)
|
|
PbS
|
Belerang
(S)
|
||
1.
|
Albumin telur
|
-
|
-
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Warna
coklat kental
|
+
|
3.
|
Kasein
|
+
|
+
|
D. Uji
Biuret
No
|
Zat
Uji
|
Hasil
Uji Biuret
|
Polipeptida
(+/-)
|
1.
|
Albumin telur
|
Berubah warna menjadi
ungu
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Tidak ada perubahan
warna
|
-
|
3.
|
Kasein
|
Berubah warna menjadi
ungu
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
Tidak ada perubahan
warna
|
-
|
E. Uji
Ninhidrin
No
|
Zat
Uji
|
Hasil
Uji Ninhidrin
|
Asam
Amino Bebas (+/-)
|
1.
|
Albumin telur
|
Berubah warna menjadi
pink
|
-
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Negative (warna
coklat)
|
-
|
3.
|
Kasein
|
Berubah warna menjadi
biru
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
Coklat menjadi ungu
|
-
|
F. Uji
Xantoprotein
No
|
Zat
Uji
|
Hasil
Uji Xantoprotein
|
Tirosin/triptofan/fenil
alanin (+/-)
|
1.
|
Albumin telur
|
Terjadi endapan
kuning dansetelah ditetesi NaOH menjadi jingga
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Terbentuk endapan dan
adanya pembatas berwarna jingga
|
+
|
3.
|
Kasein
|
Warna kuning pada
lapisan atas dan bening pada lapisan bawah
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
Terjadi endapan dan
berwarna jingga
|
+
|
G. Uji
Milon
No
|
Zat
Uji
|
Hasil
Uji Milon
|
Tirosin/triptofan
(+/-)
|
1.
|
Albumin telur
|
Dari warna putih
menjadi putih kental, berubah menjadi merah dan terbentuk endapan
|
+
|
2.
|
Ekstrak kacang hijau
|
Larutan menjadi merah
tetapi tidak terdapat endapan bening
|
+
|
3.
|
Kasein
|
Terjadi pengendapan,
warna berubah menjadi merah
|
+
|
4.
|
Ekstrak daging
|
Ada endapan warna
kuning, ditambah 1 tetes NaOH menjadi warna merah
|
+
|
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum Identifikasi Asam
Amino dan Protein ini, dilakukan beberapa uji terhadap sampel antara lain ialah
uji adanya unsur C, H dan O, uji adanya atom N, uji adanya atom S, uji Biuret,
uji Ninhidrin, uji Xantoprotein, dan uji Milon. Adapun sampel yang digunakan
yaitu albumin telur/putih telur, kasein/susu, ekstrak daging dan ekstrak kacang
hijau. Masing-masing sampel kami perlakukan sesuai dengan uji yang dilakukan.
Pada uji unsur C, H dan O, sampel albumin
telur, kasein, ekstrak daging dan ekstrak kacang hijau mengalami pengembunan
dan pengarangan yang menandakan adanya unsur H, O dan C. Serta sampel albumin
telur, kasein dan ekstrak daging menghasilkan bau seperti rambut terbakar pada
saat proses pemanasan yang menandakan adanya unsur N.
Pada uji atom N, albumin telur, kasein
dan ekstrak kacang hijau menghasilkan positif mengandung atom N dengan di uji
bau amoniaknya dan uji menggunakan kertas lakmus merah. Sedangkan ekstrak
daging menunjukkan hasil negatif.
Pada uji atom S, kami mendapati sampel
kasein dan ekstrak kacang hijau menunjukkan hasil terbentuknya PbS dan positif
adanya bau belerang yang manunjukkan adanya atom S. Sedangkan albumin telur
negatif keduanya.
Pada uji Biuret, hasilnya ialah adanya
perubahan warna menjadi ungu pada sampel albumin telur dan kasein yang
menunjukkan prositif polipeptida. Sedangkan pada sampel ekstrak daging dan
ekstrak kacang hijau tidak terjadi perubahan warna sehingga negatif
polipeptidanya.
Pada uji Ninhidrin, hanya sampel kasein
yang menunjukkan perubahan warna biru yang artinya positif. Sedangkan sampel lainnya
menunjukkan hasil negatif. Pada uji Xantoprotein, keempat sampel
menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya pembatas berwarna jingga antara
protein dan NaOH.
Pada uji Milon, sama seperti uji
Xantoprotein keempat sampel menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya
endapan berwarna merah.
Kami
membandingkan hasil uji dengan beberapa sumber literatur yaitu : dalam
literatur dinyatakan bahwa protein telur mengalami
denaturasi dan terkoagulasi selama pemasakan. Pemanasan akan membuat protein
bahan terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat airnya menurun (Poedjiadi, 1994).
Pada uji
biuret, ketika beberapa tetes larutan CuSO4 yang sangat encer ditambahkan pada
alkali kuat dari peptida atau protein dihasilkan warna ungu, adalah test yang
umum untuk protein dan diberikan oleh peptida yang berisi dua atau lebih rantai
peptida. Biuret dibentuk dengan pemanasan urea dan mempunyai struktur mirip
dengan struktur peptida dari protein (Routh, 1969).
Literatur
menyatakan bahwa senyawa ninhidrin bereaksi
dengan asam amino membentuk warna ungu. Larutan berwarna ungu ini diukur absorbansinya
pada panjang gelombang 570 nm, lalu konsentrasi relative tiap asam amino dapat
ditentukan (Ngili, 2001).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1.
Unsur utama penyusun protein terdiri
atas C, H dan O. Beberapa protein juga mengandung unsur N dan S.
2.
Molekul-molekul peptida dari protein
dapat terlihat pada uji Biuret.
3.
Uji Nihidrin membuktikan adanya asam
amino yang terkandung di dalam protein.
4.
Uji Xantoprotein membuktikan adanya
asam amin tirosin, triptofan atau fenil alanin dalam protein.
6.2 Saran
Dalam melakukan praktikum diharapkan
penyampaian informasi atas cara menggunakan alat atau pun proses praktikum
dapat disampakan secara baik oleh pembimbing kepada praktikan agar tidak
terjadi apapun hal-hal yang tidak diinginkan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN:
1. Jelaskan
apa yang dimaksud dengan asam amino alfa dan ikatan peptida!
2. Jelaskan
perbedaan antara polipeptida dan protein!
3. Apakah
reaksi Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan asam amino secara kuantitatis?
4. Tulis
klasifikasi asam amino beserta anggotanya!
JAWABAN :
1. Asam
amino alfa adalah sembarang senyawa
organik yang memiliki gugus
fungsional
karboksil
(-COOH) dan amina
(biasanya -NH2). Dalam biokimia
seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon
(C) yang sama (disebut atom
C "alfa" atau α).
Ikatan
Peptida merupakan ikatan yang terbentuk ketika atom
karbon
pada gugus karboksil
suatu molekul
berbagi elektron
dengan atom nitrogen
pada gugus amina
molekul lainnya. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi kondensasi,
hal ini ditandai dengan lepasnya molekul air
ketika reaksi berlangsung. Hasil dari ikatan ini merupakan ikatan CO-NH, dan
menghasilkan molekul yang disebut amida. Ikatan peptida ini dapat menyerap
panjang gelombang 190-230 nm.
2. -
Polipeptida merupakan rangkaian asam amino. Polipeptida dibentuk
menjadi protein structural dan fungsional
sel.
-
Protein merupakan komponenen utama semua sel hidup yang berfungsi
sebagai pembentuk struktur sel yang
menghasilkan hormon, enzim dan
lain-lain.
3. Iya,
apabila sampel tersebut mengandung asam α-amino bebas yang akan bereaksi dengan
ninhidrin membentuk senyawa kompleks berwarna biru.
4. Klasifikasi
asam amino :
Terdapat 2 jenis asam amino berdasarkan
kemampuan tubuh dalam
sintesisnya, yaitu asam amino
esensial dan asam amino non esensial. Asam
amino esensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesis
didalam tubuh, tetapi diperoleh dari
luar misalnya melalui makanan( lisin, leusin,
isoleusin, treonin, metionin, valin, fenilalanin, histidin, dan arginin). Asam amino non esensial adalah
asam amino yang dapat disintesis
didalam tubuh melalui perombakan senyawa lain.
Klasifikasi asam amino
dapat dilakukan berdasarkan rantai
samping (gugus –R) dan sifat
kelarutannya didalam air. Berdasarkan kelarutan
didalam air dibagi atas asam amino hidrofobik dan hidrofilik (klasifikasi dapat dilihat pada
bagian struktur asam amino).
Berdasarkan rantai sampingnya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
·
Dengan rantai samping
alifatik (asam amino non polar) : Glisin, Alanin, Valin, Leusin, Isoleusin.
·
Dengan rantai samping
yang mengandung gugus hidroksil (OH), (asam amino polar) : Serin, Treonin,
Tirosin.
·
Dengan rantai samping
yang mengandung atom sulfur (asam amino polar) : Sistein dan metionin.
·
Dengan rantai samping
yang mengandung gugus asam atau amidanya(gugus R bermuatan negative) : Asam
aspartat, Aspargin, Asam glutamate, Glutamin.
·
Dengan rantai samping
yang mengandung gugus basa (gugus R bermuatan positif): Arginin, lisin,
Histidin yang mengandung cincin aromatic : Histidin, Fenilalanin, Tirosin,
Triptofan Asam amino : Prolin.
DAFTAR PUSTAKA
Anna
Poedjiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Girindra,
A. 1986. Biokimia I. Jakarta : Gramedia.
Haryanto.2004. Penuntun
Praktikum Biokimia. Samarinda : Program
Studi Teknologi
Hasil Pertanian. Fakutas Pertanian. Universitas
Mulawarman.
Ngili.2001. Acuan
Pelajaran Kimia SMU. Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Ridwan, S. 1990. Kimia Organik
edisi I. Jakarta : Binarupa Aksara
Routh, J.I, 1969, ESSENTIAL
of GENERAL ORGANIC and BIOCHEMISTRY,
Philadelphia
: W.B.Sounders Company
Winarno,
F, G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta
: Gramedia Pustaka
Utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar