LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Nama : Eliza Noviani
NPM : E1G015010
Prodi : Teknologi Industri
Pertanian
Kelompok : 2 (dua)
Hari/jam : Selasa / 10:00 WIB
Tanggal : 15 November 2016
Dosen : 1. Drs. Hasan B.
Daulay, MS
2. Dra. Devi Silsia, M.Si
3. Fitri Electrika Dewi S., STP, M.Sc
Co-ass : 1. Andika Putra
2. Alif Abdussalam
Objek Praktikum : HIDROLISIS KARBOHIDRAT
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karbohidrat
memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi
manusia dan hewan. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui
fotosintesis, klorofil tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk
karbohidrat dari karbondioksida (CO2)
berasal dari udara dan air (H2O)
dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah karbohidrat sederhana glukosa.
Di samping itu dihasilkan oksigen (O2)
yang lepas di udara.Produk yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana
yang mudah larut dalam air dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna
penyediaan energi (Patong, 2012).
Pati adalah polisakarida nutrien
yang tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme. Pati
umumnya berbentuk granula dengan diameter beberapa mikron.Pati merupakan
karbohidrat yang tersebar dalam tanaman terutama tanaman berklorofil. Bagi
tanaman, pati merupakan cadangan makanan yang terdapat pada biji, batang dan
pada bagian umbi tanaman. Banyaknya kandungan pati pada tanaman tergantung pada
asal pati tersebut, misalnya pati yang berasal dari biji beras mengandung pati
50–60% dan pati yang berasal dari umbi singkong mengandung pati 80% (Winarno,
2002).
1.2
Tujuan
Praktikum
1. Mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa.
2. Mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbohidrat memegang peranan penting
dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan. Semua
karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Melalui fotosintesis, klorofil
tanaman dengan bantuan sinar matahari mampu membentuk karbohidrat dari
karbondioksida (CO2) berasal dari udara dan air (H2O)
dari tanah. Karbohidrat yang dihasilkan adalah klarbohidrat sederhana glukosa.
Di samping itu dihasilkan oksigen (O2) yang lepas di udara. Produk
yang dihasilkan terutama dalam bentuk gula sederhana yang mudah larut dalam air
dan mudah diangkut ke seluruh sel-sel guna penyediaan energi. Sebagian dari
gula sederhana ini kemudian mengalami polimerisasi dan membentuk polisakarida.
Ada dua jenis polisakarida tumbuh-tumbuhan, yaitu pati dan nonpati.
Polisakarida non pati merupakan sumber utama serat makananKarbohidrat terbagi
menjadi beberapa bagian menurut panjang rantai karbonnya. Monosakarida,
disakarida dan polisakarida. Contoh dari monosakarida adalah sukrosa. Sukrosa
merupakan produksi akhir asimilasi karbon (C) pada proses fotosintesis yang
terjadi di daun dan bentuk karbohidrat yang mudah ditransportasikan ke
jaringan simpan atau sink tissues. Selain berfungsi dalam penyediaan
energi dan kerangka karbon, sukrosa juga berperan dalam pengaturan ekspresi gen
lainnya (Miswar et al, 2007).
Beberapa fungsi karbohidrat antara lain,
sebagai sumber energi, melindungi protein agar tidak terbakar sebagai penghasil
energi, membantu metabolisme lemak dan protein untuk mencegah terjadinya
pemecahan protein secara berlebih, serta untuk melancarkan pencernaan.
Monosakarida stabil terhadap asam mineral encer dan panas. Asam yang pekat akan
menyebabkan dehidrasi menjadi furfural, yaitu suatu turunan aldehid
(Martoharsono, 1998).
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus
aldehid atau keton bebas akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama
fenilhidrazina berlebih. Osazon yang terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik
lebur yang khas bagi masing-masing karbohidrat. Hal ini sangat penting karena
dapat digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan merupakan salah satu
cara untuk membedakan beberapa monosakarida, misalnya antara glukosa dan
galaktosa yang terdapat dalam urine wanita dalam masa menyusui (Poedjiadi dkk,
1994).
Pati
merupakan cadangan karbohidrat pada tanaman berbentuk granula-granula tak larut
yang tersusun dari dua macam molekul polisakarida yaitu amilosa dan amilopektin
pada umumnya ditemukan pada umbi, akar dan biji. Gula reduksiterutama dalam
bentuk glukosa diperoleh dari hidrolisis pati oleh enzim amilase yang terdapat
pada kapang Rhizopus. Selain dari pati, glukosa dapat diperoleh dari hidrolisis
isoflavon glikosida oleh kapang Rhizopus (Septiani, 2004).
Karbohidrat memiliki berbagai fungsi
dalam tubuh makhluk hidup, terutama
sebagai bahan bakar (misalnya glukosa), cadangan makanan (misalnya pati pada tumbuhan dan glikogen
pada hewan) dan materi pembangun (misalnya selulosa pada tumbuhan kitin pada
hewan dan jamur). Pada proses fotosintesis, tetumbuhan hijau mengubah karbon
dioksida menjadi karbohidrat. Karbohidrat yang dibangun oleh polihdroksi dan
gugus aldehid disebut dengan aldosa, sedangkan yang disusun oleh polihidroksi
dan gugus keton dikenal dengan ketosa (Suhartono, 1989).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
Tabung reaksi Bahan : Larutan
Sukrosa 1%
Penjepit tabung reaksi
HCl pekat
Rak tabung reaksi
Larutan Iodium
Pipet ukur Pereaksi Benedict
Sikat tabung reaksi NaOH
2%
Kertas lakmus HCl
2 N
Alat Pemanas Larutan amilum 1%
3.2
Cara Kerja
A. Hidrolisis Sukrosa
1. Memasukkan 5 ml sukrosa 1% ke dalam tabung reaksi dan
menambahkan 5 ml HCl pekat.
2. Mencampurkan dengan baik lalu memanaskan dalam
penangas air selama 30 menit.
3. Setelah mendinginkan, menetralkan dangan NaOH 2% dan
menguji dengan kertas lakmus.
4. Selanjutnya menguji dengan Benedict.
5. Menyimpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis
sukrosa.
B. Hidrolisis Pati
1. Memasukkan kedalam tabung reaksi 5 ml almilum 1%,
kemudian menambahkan 2,5 ml HCl.
2. Mencampurkan dengan baik, lalu memanaskan dalam
penangas air mendidih.
3. Setelah 3 menit, menguji dengan iodium dengan
mengambil 2 tetes larutan menambahkan 2 tetes iodium dalam porselin tetes.
Mencatat perubahan warna yang terjadi.
4. Melakukan uji iodium selama 3 menit sampai hasil
berwarna kuning pucat.
5. Melanjutkan hidrolisis selama 5 menit lagi.
6. Setelah mendinginkan ambil 2 ml larutan hasil
hidrolisis, lalu menetralkan dengan NaOH 2%. Menguji dengan kertas lakmus.
7. Kemudian menguji dengan Benedict.
8. Menyimpulkan apa yang dihasilkan dari hidrolisis pati.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Hidrolisis Sukrosa
Perlakuan
|
Uji
|
Hasil Uji
|
5 ml sukrosa 1%
+ 5 ml HCl pekat
+ Pemanasan 30 menit
|
Benedict
|
Terdapat gelembung perubahan warna dari
orange menjadi kuning bening.
|
B. Hidrolisis Pati
Perlakuan
|
Hidrolisis
(menit)
|
Hasil Uji Iodium
|
Hasil Hidrolisis
|
5 ml amilum 1%
+ 2,5 ml HCl 2 N
+ Pemanasan
|
3
|
Ada endapan berwarna biru
|
Kertas lakmus menjadi biru dengan pH 11
|
6
|
Warna larutan biru
|
pH 11 dan larutan menjadi biru bening
|
|
9
|
Tidak dilakukan
|
|
|
12
|
Tidak dilakukan
|
|
|
15
|
Tidak dilakukan
|
|
|
18
|
Tidak dilakukan
|
|
|
21
|
Tidak dilakukan
|
|
Hasil akhir dengan uji benedict : tidak dapat
dilakukan karena larutan iodium habis
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Hidrolisis Karbohidrat dengan
tujuan agar praktikan dapat mengidentifikasi hasil hidrolisis sukrosa dan
mengidentifikasi hasil hidrolisis amilum (pati). Hidrolisis karbohidrat adalah
reaksi kimia
yang memecahkan molekul air menjadi kation hidrogen sehingga dapat memecahkan
polimer karbohidrat. Pada percobaan ini praktikan menggunakan alat yaitu tabung
reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, sikat tabung
reaksi, kertas lakmus dan alat pemanas sedangkan bahan yaitu larutan sukrosa
1%, HCl pekat, larutan iodium, pereaksi benedict, NaOH 2%, HCl 2 N serta larutan amilum 1%. Pada
praktikum ini ada kekurangan pada uji hidrolisis pati dikarenakan bahan laritan
iodium habis sehingga ada sebagian percobaan yang tidak bisa dilaksanakan. Praktikan melakukan percobaan
dengan berkelompok sesuai kelompok yang sudah ditentukan oleh pembimbing
praktikum dimana praktikum ini melakukan 2 (dua) percobaan untuk dapat menjawab
tujuan dari praktikum ini.
Pada percobaan hidrolisis sukrosa dimana praktikan memasukkan 5 ml sukrosa 1% kedalam
tabung reaksi dan menambahkan 5 ml HCl pekat yang kemudian praktikan mencampur dengan
baik supaya larutan homogen sehingga dapat dilakukan pemanasan dalam penangas
air selamat 30 menit. Setelah dilakukan pemanasan maka larutan didinginkan dan
menetralkan larutan dengan NaOH 2% yang selanjutnya diuji dengan
benedict sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji benedict menunjukkan adanya
gelembung dan perubahan warna dari yang sebelumnya adalah orange brubah menjadi
kuning bening.
Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini ternyata tidak sesuai dengan literatur yang telah
saya temukan dari (Rukmini, 2008) yang mengatakan gula pereduksi
adalah gula yang mempunyai kemampuan untuk mereduksi. Hal ini dikarenakan
adanya gugus aldehid atau keton bebas. Senyawa-senyawa yang mengoksidasi atau
bersifat reduktor adalah logam-logam indikator seperti Cu (II). Contoh gula
yang termasuk dalam gula pereduksi adalah glukosa, manosa, fruktosa, laktosa,
maltosa dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk dalam gula non reduksi adalah
sukrosa. Perbedaan
hasil uji kami dengan pernyataan pada literatur dapat terjadi dikarenakan
kemungkinan kesalahan pada saat melakukan percobaan tersebut.
Untuk hasil praktikum hidrolisis pati yaitu dengan mencampur
5 ml amilum 1% dengan 2,5ml HCl kemudian mencampurnya dengan
baik, lalu memanaskan kemudian mengujinya setiap 3 menit sampai menit ke-21
dengan Iodium dengan mengambil 2 tetes larutan dan menambahkan 2 tetes Iodium
dalam porselin tetes hingga menit ke-21. Dalam percobaan ini kami tidak
dapat melakukan uji iodium hingga menit ke-21 dikarenakan bahan larutan
iodiumnya habis. Kami hanya bisa melakukan percobaan hingga menit keenam yang menunjukkan
hasil uji iodium ialah adanya endapan dan larutan berwarna biru, serta hasil
hidrolisisnya ialah kertas lakmus berwarna biru dengan pH kisaran 11 dan
larutan menjadi biru bening. Menurut Lehninger (1982) hidrolisis
pati akan terjadi pada pemanasan dengan asam encer dimana berturut-turut akan
dibentuk amilodeksterin yang memberi warna biru dengan iodium, eritrodekstrin
yang memberi warna merah dengan iodium serta berturut-turut akan dibentuk
akroodekstrin, maltosa, dan glukosa yang tidak memberi
warna dengan iodium.
Jadi, hasil praktikum yang dihasilkan tidak sesuai dengan teori, kemungkinan
besar perbedaan ini terjadi karena berbedanya jenis pati yang digunakan dan
kemungkinan ada kesalahan dalam penentuan warna.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1.
Identifikasi hidrolisis
sukrosa dapat dilakukan dengan uji Benedict yaitu dengan perlakuan 5 ml sukrosa
1% ditambah dengan 5 ml HCl pekat dan pemanasan selama 30 menit maka diperoleh
hasil larutan berwarna
kuning bening dan terdapat gelembung.
2.
Identifikasi hasil
hidrolisis amilum (pati) dapat dilakukan dengan uji iodium dengan perlakuan 5
ml amilum 1 % ditambah 2,5 ml HCL 2 N dan dilakukan pemanasan maka diperoleh
hasil hasil hidrolisis yang bersifat basa denga pH 11 dengan warna
hasil uji iodium adalah biru bening.
6.2 Saran
Untuk alat dan bahan yang
akan digunakan dalam praktikum hendaknya dipersiapkan serta ditambah, agar
setiap melakukan praktikum para praktikan tidak kekurangan alat atau bahan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN
:
1. Apa kegunaan uji Benedict, Seliwanof dan barfoed dalam
percobaan hidrolisis sukrosa ini ?
2. Bagaimana cara mengetahui bahwa hidrolisis pati tlah
sempurna ?
3. Mengapa larutan hasil hidrlisis harus dinetralkan
terlebih dahulu ?
JAWABAN :
1.
Uji benedict dalam
uji sukrosa adalah sebagai bahan pelarut dan membandingkan hasil atau warna
dari hidrolisis sukrosa.
Uji
seliwanof adalah untuk mengetahui bahwa sukrosa pati (amilum) adalah positif,
dimana sebelum dihidrolisis memberikan hasil negative.
Uji barfoed
adalah untukmengetahui bahwa hasil uji sukrosa dan pati menghasilkan glukosa.
2.
Cara untuk
mengetahuinya adalah dengan bahwa lrutan telah berwarna kuning pucat dan pH
lebih dari 7 atau basa.
3.
Agar hasil
setelah yang dinetralkan dapat di ukur dengan kertas lakmus dan mendapatkan
hasil yang sempurna
DAFTAR PUSTAKA
Lehninger, 1982. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar :
Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas
Hasanuddin.
Martoharsono,
Soeharsono. 1998.
Petunjuk
Praktikum Kimia Dasar II.
Yogyakarta :
Laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Gadjah
Mada.
Miswar et al, 2007. Uji
Kualitatif Untuk Identifikasi Karbohidrat I dan II’. Jakarta : Laboratorium Kimia Universitas Nasional.
Patong, A.R., dkk.,
2012, Biokimia Dasar. Makassar :
Lembah Harapan Press.
Poedjiadi, Anna., F.M. Titin. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta :
Indonesia University Press.
Rukmini H.S. dan
Nur M.A., 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Biokimia.
Jakarta : Buku Kedoktern EGC.
Septiani
Y., Purwoko T., Pangastuti A. 2004. Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein
pada Tumbuh-tumbuhan. Surakarta :
Bioteknologi.
Suhartono.
1989. Enzim dan Bioteknologi. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Winarno, F.G.
2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar