LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Nama : Eliza Noviani
NPM : E1G015010
Prodi : Teknologi Industri
Pertanian
Kelompok : 2 (dua)
Hari/jam : Selasa / 10:00 WIB
Tanggal : 1 November 2016
Dosen : 1. Drs. Hasan B.
Daulay, MS
2. Dra. Devi Silsia, M.Si
3. Fitri Electrika Dewi S., STP, M.Sc
Co-ass : 1. Andika Putra
(NPM :
E1G013034)
2. Alif Abdussalam
(NPM :
E1G014024)
Objek Praktikum : PEMISAHAN KASEIN DARI
SUSU SAPI
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Susu
merupakan bahan pangan yang memiliki komponen spesifik seperti lemak susu,
kasein (protein susu, dan laktosa (karbohidrat susu). Seperti halnya asam
amino, protein susu (kasein) juga bersifat amfoter. Protein dalam susu mencapai
3,25%. Struktur primer terdiri dari rantai polipeptida dari asam-asam amino
yang disatukan ikatan-ikatan peptida (peptida linkages). Protein juga memiliki
pH isoelektrik tertentu. pH isoelektrik merupakan suati nilai pH dimana jumlah
muatan listrik positif sama dengan muatan negatifnya. Pada pH tersebut, protein
tidak bermuatan positif maupun negatif, sehingga dapat membentuk agregat
(gumpalan-gumpalan yang keruh) dan mengendap, karena sebagian protein
menunjukkan kelarutan yang minimal pada pH isolektriknya. Sifat inilah yang akan
digunakan untuk memisahkan atau mengisolasi kasein dari susu. Protein susu
memiliki protein-protein spesifik. Salah satunya adalah kasein. Kasein merupakan komponen terbesar
dalam susu dan sisanya berupa whey protein. kadar kasein pada protein susu mencapai
80%. Kasein terdiri atas beberapa fraksi seperti alpha-casein, beta casein, dan
kappa-casein. Kasein merupakan salah satu komponen organik yang melimpah dalam
susu bersama dengan lemak dan laktosa. Kasein merupakan protein konjugasi
antara protein dengan fosfat membentuk fosfoprotein. Kasein berupa serbuk amorf
warna putih. Dalam kaseintidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan
mengandung juga zat anorganil seperti kalsium, fosfor, dan magnesium. Dalam
keadaan murni, kasein berwarna putih seperti salju, tidak berbau, dan tidak
mempunyai rasa yang khas. Kasein murni tidak larut dalam air dingin dan garam
netral. Kasein terdispersi dalam air panas, basa, dan garam basa seperti
natrium asetat, dan natrium oksalat (Silalahi, 2006).
1.2
Tujuan Praktikum
1. Mengisolasi
protein dari susu sapi.
2. Menghitung
rendemen kasein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Susu segar mempunyai sifat ampoter, artinya
dapat bersifat asam dan basa sekaligus. Jika diberi kertas lakmus biru, maka
warnanya akan menjadi merah, sebaliknya jika diberi kertas lakmus merah
warnanya akan berubah menjadi biru. Potensial ion hydrogen (pH) susu segar
terletak antara 6.5 – 6.7. Jika dititrasi dengan alkali dan kataliasator
penolptalin, total asam dalam susu diketahui hanya 0.10 – 0.26 % saja. Sebagian
besar asam yang ada dalam susu adalah asam laktat. Meskipun demikian keasaman
susu dapat disebabkan oleh berbagai senyawa yang bersifat asam seperti
senyawa-senyawa pospat komplek, asam sitrat, asam-asam amino dan karbondioksida
yang larut dalam susu. Bila nilai pH air susu lebih tinggi dari 6,7 biasanya
diartikan terkena mastitis dan bila pH dibawah 6,5 menunjukkan adanya kolostrum
ataupun pemburukan bakteri. Susu terdiri dari tiga komponen utama yaitu air,
lemak dan protein. Disamping itu susu adalah bahan makanan yang sempurna karena
mengandung protein, lemak, karbohidrat (laktosa), vitamin, dan garam anorganik.
Dalam susu terdapat fosfat baik sebagai protein maupun sebagai ion posfat anoorganik. Kesegaran susu dapat ditandai
dengan masih aktifnya enzim-enzim yang terdapat didalamnya, diantaranya
amylase, lipase, peroksidase, katalase, dan sebagainya (Bagas, 2001).
Kasein adalah protein yang paling banyak
tersedia di susu. Protein ini relatif tidak bisa larut, lambat dicerna dan
cenderung membentuk struktur yang disebut misel yang meningkatkan kelarutannya
di air. Sedangkan whey adalah protein yang cepat dicerna.Whey menyediakan hasil
sintesa protein yang cepat karena Whey mengandung leusin dalam jumlah tinggi,
yaitu asam amino yang potensial untuk menstimulasi sintesa protein, sementara
kasein menyediakan pasokan protein yang berkesinambungan lama untuk pertumbuhan
otot. Protein dalam susu terdiriatas 80% kasein dan 20% whey.Kasein termasuk
jenis phospor protein, terdiri dari beberapa unit asam amino yang terikat
dengan ikatan peptida. Kasein didalam susu merupakan partikel yang besar.
Didalamnya tidak hanya terdiri dari zat-zat organik, melainkan mengandung
zat-zat anorganik seperti kalsium,
phosphor, dan magnesium (Anto, 1998).
Susu terdiri dari tiga komponen utama:
air, lemak, dan protein. Protein yang terdapat dalam susu terdiri dari dua
jenis, yakni kasein dan whey. Ciri dari protein adalah terdapatnya unsur N pada
rantainya, tidak seperti lemak dan karbohidrat yang hanya terdiri dari unsur C,
H, dan O.Protein merupakan senyawa yang sangat kompleks,terdiri dari 80% kasein
dan 20% whey.Kasein termasuk jenus phospoprotein,terdiri dari beberapa unit
asam amino yang terikat dengan ikatan peptida (Martoharsono, 1975).
Protein susu terbagi menjadi dua, yaitu Casein
yang dapat diendapkan oleh asam dan Rennin, serta protein whey yang
dapat mengalami denaturasi oleh panas pada suhu 65oC. Casein dalam
susu mencapai 80 % dari total protein. Pengasaman susu oleh aktivitas bakteri
menyebabkan mengendapnya casein. Whey adalah cairan susu tanpa lemak dan
casein. Pasteurisasi susu dilakukan untuk mencegah kerusakan karena
mikroorganisme dan enzim. Ada 2 macam metode pasteurisasi susu yaitu Holding
methode dan HTST (High Temperature Short Time ) (Retno, et al., 2005).
Gluten (kasein) mengandung glutamin dan
asparagin lebm dari 35 % dati komposisi asam aminonya. Dalam keadaan tidak
terdenaturasi gugus-gugus amida pada rantai sampingnya membentuk ikatan
bidrogen dengan gugus bidroksil serin dan tbreonin. Kelarutan gluten yang
tinggi diduga sebagai akibat telah terjadinya denaturasi pada gluten sehingga
ikatan bidrogen rusak. Sedangkan kasein (acid casein) yang kelarutannya sangat
rendah diperoleb dati pengendapan protein susu bebas lemak pada kisaran pH 4.5
sampai 5.0. Protein ini mengandung ikatan bidrofobik antar molekul dalam jumlah
besar (Rukmini H.S. dan Nur M.A., 2008).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat :
Gelas kimia Bahan : Susu sapi segar
Hot plate
Asam asetat glasial
Batang pengaduk
Etanol
Termometer Eter
Corong Kertas saring
Timbangan Aquades
Pipet tetes
3.2
Cara Kerja
A.
Persiapan Keretas Saring
1. Menyiapkan
selembar kertas saring.
2. Memanaskan
di dalam oven pada temperatur 105 ºC
3. Setelah
kandungan air pada kertas saring habis, memasukkan kertas saring tersebut dalam
desikator, hingga mencapai suhu kamar.
4.
Menimbang kertas saring
tersebut, mencatat hasilnya.
B. Pemisahan Kasein
1.
Memasukkan 50 ml susu
sapi segar kedalam gelas piala, selanjutnya memanaskan sampai temperatur 40 ºC.
2. Menambahkan
setetes demi setetes asam asetat glasial sambil mengaduknya sehingga semua
kasein mengendap.
3. Selanjutnya
mendinginkan suspensi tersebut pada suhu kamar. Selanjutnya melakukan
penyaringan.
4. Mencuci
hasil endapan beberapa kali dengan menggunakan aquades dan selanjutnya
menambahkan 30 ml etanol.
5. Mencuci
endapan dengan menggunakan campuran etanol-eter (1:1).
6. Mencuci
endapan yang ada pada kertas saring dengan eter.
7. Memindahkan
kertas saring yang berisi bubuk ke kac arloji dan membiarkan bagian eternya
menguap.
8. Melakukan
penimbangan kasein dan menghitung rendemen dari kasein tersebut.
9.
Membandingkan hasil
yang diperoleh dengan jumlah kasein secara teoritis yaitu 3.5 g/50 ml air susu
sapi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
No
|
Uraian
|
Bobot
(dalam gram)
|
1
|
Bobot kertas saring mula mula (a)
|
1,906
|
2
|
Bobot kertas saring + kafein (b)
|
8,335
|
3
|
Bobot kasein = (b) - (a) = (c)
|
6,429
|
4
|
Rendemen kasein = 2 (c) 50 ml sampel
|
0,25716
|
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini kami melakukan
pemisahan kasein dari susu sapi. Percobaan inibertujuan untuk mengisolasi
protein dari susu sapi. Susu yang digunakan ialah susu sapi segar kemasan kotak
kardus yang dalam bentuk cair.
Pada
percobaan pertama yaitu persiapan kertas saring dengan menyiapkan selembar
kertas kering yang kemudian dipanaskan dalam oven pada temperatur 105 0C sehingga kandungan air
pada kertas saring habis. Pada literatur,
Setelah dilakukan pemanasan maka kertas saring
dimasukkan dalam desikator hingga mencapai suhu kamar dan ditimbang sehingga
didapat berat kertas saring mula-mula 1,906
gram.
Pada
percobaan kedua yaitu pemisahan kasein dengan memasukkan 50 ml susu sapi segar
tetapi pada praktikum ini praktikan hanya diberikan susu instan yang telah
berada dalam kemasan produk sehingga dipanaskan temperatur 40 0C. Susu merupakan minuman yang bersifat asam, keasaman
pada susu terutama disebabkan oleh aktivitas bakteri yang dapat mengubah
laktosa menjadi asam laktat yang dikenal dengan istilah developed
acidity. Perubahan laktosa menjadi asam laktat meyebabkan perubahan pada
senyawa kalsium fosfat yang terdapat didalam protein, yaitu terputusnya ikatan
kalsium dan senyawa fosfor (Susilorini, 2006).
Setelah
dipanaskan setetes demi setetes asam asetat glasial ditambahkan sambil
dilakukan pengadukkan yang kemudian didinginkan pada suhu kamar dan dilakukan
penyaringan. Hasil endapan dari penyaringan dicuci beberapa kali mengunakan
aquades tetapi pada langkah ini praktikan menggunakan penyikat sebagai pembantu
pencucian sehingga membuat kesalahan dalam pencucian yang benar. Jumlah kasein yang didapat
yaitu 6,429 gram, sedangkan pada
percobaan jumlah kasein yang didapat hanya 0,25716 gram. Berdasarkan literatur yang menyatakan bahwa kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan
(solubility) rendah pada kondisi asam (Shiddiey, 2004).
Penurunan
pH susu dari kisaran normal menajdi rendah (terlalu asam) akan menyebabkan
perubahan bentuk susunan komponennya. Derajat keasaman (pH) susu menurun akibat
terputusnya fosfat koloidal dan berkurangnya ikatan antara kation dengan
protein. Dalam penambahan asam ini kondisi keasaman haruslah diperhatikan
karena apabila kondisi terlalu asam bisa terjadi Denaturasi Protein yaitu
proses rusaknya struktur protein karena lingkungan, salah satunya pH
serta kesalahan pada susu yang sudah tidak segar lagi yang membuat rendemen
menjadi sangat bedah jauh. Ukuran
kualitas susu secara kimiawi dapat ditunjukkan oleh komposisi yang dikandung
didalamnya, yaitu protein, lemak, dan laktosa. Pengujian kualitas susu pada
hasil dari peternak sapi sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut pada pabrik
susu perlu dilakukan. Oleh karena itu dibutuhkan teknologi untuk pengujian
tersebut. Sementara ini untuk menentukan kandungan-kandungan susu tersebut pada
kebanyakan koperasi susu di seluruh Indonesia masih dilakukan dengan cara
konvensional, contohnya seperti metode Kjeldahl untuk
pengujian kadar protein susu secara kimiawi, yaitu dengan 4 tahap perlakuan
yaitu tahap destruksi, destilasi, titrasi, serta konversi. Hal ini akan
membutuhkan banyak waktu, biaya dan energi yang tidak sedikit. Dengan suatu
peralatan spektroskopi inframerah kesulitan-kesulitan tersebut dapat
ditanggulangi. Hanya dengan menyediakan sedikit sampel susu (sekitar 5 cc) yang
diletakkan pada tempat kaca, kemudian ditunggu proses beberapa saat (sekitar 2
menit) pada peralatan spektroskopi tersebut maka besarnya komposisi susu
tersebut dapat diketahui. Keunggulan peralatan yang akan peneliti rencanakan
tersebut, yaitu dapat dipergunakan dengan sangat praktis, akurat, cepat, dan
murah (Winarno, 2002).
Hasil yang kami dapatkan dari pelaksanaan
praktikum ini ialah sebagai berikut : bobot kertas saring mula-mula pada saat
setelah dilakukan pengovenan terhadapnya ialah 1,906 gram. Bobot kertas saring
beserta kasein di dalamnya ialah 8,335 gram. Bobot kasein saja didapat dari
mengurangkan bobot kertas saring beserta kasein didalamnya dengan bobot kertas
saring mula-mula yakni 8,335 gram – 1,906 gram = 6,429 gram. Dan jumlah berat
rendemen kasein didapat dengan rumus 2 x bobot kasein / 50 ml sampel susu sapi
segar yakni 2 x 6,429 gram / 50 ml = 0,25716 gram.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Kasein dapat diisolasi dengan cara hidrolisis kimiawi,
baik dengan pengasaman, penambahan basa maupun enzim secara sempurna. Protein sebagian besar mengandung kasein ketika diisolasi.
2. Hasil
perhitungan rendemen kasein dari percobaan yang telah dilakukan ialah sebesar 0,25716
gram.
6.2 Saran
Pada saat melakukan praktikum, diharapkan
co-ass dan praktikan dapat menjadikan suasana di dalam ruangan praktikum tetap
kondusif sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar.
JAWABAN PERTANYAAN
Pertanyaan
:
1. Jelaskan prinsip pemisahan kasein !
2. Jelaskan tujuan pencucian kasein dengan etanol dan eter dari
endapan kasein yang diperoleh tersebut.
3.
Faktor
apa yang mempengaruhi rendemen kasein?
Jawaban :
1. Susu sapi segar dipanaskan lalu dicampur menggunakan asam asetar
glasial agar kasein mengendap dan tersaring oleh kertas saring. Setelah itu
kasein berturut-turut dicuci menggunakan aquades, etanol, etanol-eter dan eter.
Lalu kasein diletakakan di atas kaca arloji untuk kemudian ditimbang.
2. Supaya lemak yang masih tertinggal di kasein dapat dikeluarkan atau
dipisahkan dari kasein. Sehingga setelah dicuci yang didapat hanya kasein saja.
3. Faktor kekeringan dari pada saringan, ketepatan saat mencampur kasein dengan bahan-bahan seperti aquades,
etanol, eter dll.
DAFTAR PUSTAKA
Anto
prasetya. 1998. Mengenal Susu dan Manfaatnya. Yogyakarta : UGM.
Bagas.
2001. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Martoharsono,
Soeharsono. 1975. Biokimia.
Yogyakarta : Gadjah Mada
University
Press.
Retno,
et al., 2005. Buku Ajar Bedah Bagian 2. Andrianto Petrus, penerjemah.
Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Rukmini
H.S. dan Nur M.A., 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Biokimia.
Jakarta : Buku Kedoktern EGC.
Shiddiey.
2004. Biokimia Untuk Universitas.
Jakarta
: UI Prees.
Silalahi,
Jansen. 2006. Makanan
Fungsional. Jogjakarta : Kanisius.
Susilorini, Tri Eko. 2006. Produk
Olahan Susu. Jakarta :Penebar Swadaya.
Winarno,
F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: Gramedia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar