LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Nama : Eliza Noviani
NPM : E1G015010
Prodi : Teknologi Industri
Pertanian
Kelompok : 2 (dua)
Hari/jam : Selasa / 10:00 WIB
Tanggal : 8 November 2016
Dosen : 1. Drs. Hasan B.
Daulay, MS
2. Dra. Devi Silsia, M.Si
3. Fitri Electrika Dewi S., STP, M.Sc
Co-ass : 1. Andika Putra
(NPM :
E1G013034)
2. Alif Abdussalam
(NPM :
E1G014024)
Objek Praktikum : IDENTIFIKASI KARBOHIDRAT
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Karbohidrat bersama seyawa lemak dan
protein memegang peranan dasar bagi kehidupan di bumi. Karbohidrat merupakan
bahan makanan penting dalam sumber tenaga yang terdapat dalam tumbuhan dan
hewan. Selain itu karbohiidrat juga
menjadi komponen stuktur penting pada mahluk hidup dalam bentuk serat (fiber), seperti
selulosa, pektim, derta lignin. Karbohidrat menyediakan kebutuhan dasar yang
diperlukan tubuh.
Di negara-negara sedang berkembang kurang lebih 80% energi makanan berasal
dari karbohidrat. Menurut Neraca Bahan Makanan 1990 yang dikeluarkan oleh Biro
Pusat Statistik, di Indonesia energi berasal dari karbohidrat merupakan 72%
jumlah energi rata-rata sehari yang dikonsumsi oleh penduduk. Di negara-negara
maju seperti AmerikaSerikat dan Eropa Barat, angka ini lebih rendah, yaitu
rata-rata 50%. Nilai energi karbohidrat adalah 4 kkal per gram.
Karbohidrat yang penting dalam ilmu gizi dibagi dalam dua golongan, yaitu karbohidrat
sederhana dan karbohidrat kompleks. Sesungguhnya semua jenis karbohidrat
terdiri atas karbohidrat sederhana atau gula sederhana; karbohidrat kompleks
mempunyai lebih dari dua unit gula sederhana dalam satu molekul (Almatsier, 2010).
1.2
Tujuan Praktikum
1.
Mengidentifikasi adanya
karbohidrat dalam suatu bahan.
2.
Membedakan antara
monosakarida dan disakarida.
3.
Membuktikan adanya
polisakarida.
4.
Membuktikan adanya gula
pereduksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Terdapat tiga golongan utama karbohidrat : monosakarida, oligosakarida, dan
polisakarida (kata ”sakarida” diturunkan dari bahasa Yunani yang berarti gula).
Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari hanya satu unit polihidroksi
aldehida atau keton. Monosakarida yang paling banyak dialam adalah D-glukosa 6
karbon. Oligosakarida (bahasa Yunani, ”oligos” yang berarti sedikit) terdiri
dari rantai pendek unit monosakarida yang digabungkan bersama-sama oleh ikatan
kovalen. Kebanyakan oligosakarida yang mempunyai tiga atau lebih unit tidak
terdapat secara bebas, tetapi digabungkan sebagai rantai sampai polipeptida
pada glikoprotein dan proteoglikan. Polisakarida terdiri dari rantai panjang
yang mempunyai ratusan atau ribuan unit monosakarida. Beberapa polisakarida,
seperti selulosa, mempunyai rantai kinear, sedangkan yang lain, seperti
glikogen, mempunyai rantai bercabang. Polisakarida yang paling banyak dijumpai
pada dunia tanaman, yaitu pati dan selulosa, terdiri dari unit berulang
D-glukosa, teta[i senyawa-senyawa ini berbeda dalam hal cara unit D-glukosa
dikaitka datu dengan yang lain (Lehninger, 1982).
Karbohidrat adalah senyawa organik yang
terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Terdiri dari unsur C, H, O,
dengan perbandingan 1: 2 : 1. Karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan
binatang yang berperan struktural dan metabolik, sedangkan pada tumbuhan untuk
sintesis CO2 + H2O yang akan menghasilkan amilum dan
selulosa, melalui proses fotosintesis, sedangkan binatang tidak dapat
menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung pada tumbuhan (Suhara, 2008).
Monosakarida memiliki beberapa jenis
yaitu glukosa, merupakan suatu aldoheksosa dan sering disebut dekstroksa karena
mempunyai sifat dapat memutar cahaya terpolarisasi kearah kanan, glukosa
terdapat pada buah-buahan, madu lebah, dalam darah manusia. Didalam dunia
perdagangan dikenal sirup glukosa, yaitu suatu larutan glukosa yang sangat
pekat, sehingga mempunyai viskositas atau kekentalan yang tinggi. Sirup glukosa
ini diperoleh dari amilum melalui proses hidrolisis dengan asam. Monosakarida
lainnya adalah fruktosa, fruktosa terdapat pada madu lebah. Fruktosa merupakan
suatu ketohektosa yang mempunyai sifat memutar kekiri dan karenanya disebut
levulosa. Fruktosa memiliki rasa yang lebih manis dibandingkan dengan glukosa
dan sukrosa. Monosakarida yang jarang terdapat bebas didalam adalah galaktosa,
yang umumnya berikatan dengan galaktosa dalam bentuk laktosa, yaitu gula yang
terdapat dalam susu (Poedjiadi, 1994).
Pada umumnya polisakarida mempunyai
molekul besar dan lebih kompleks daripada mono dan oligosakarida. Molekul
polisakarida terdiri atas banyak molekul monosakarida. Polisakarida yang
terdiri atas satu macam monosakarida saja disebut homopolisakarida, sedangkan
yang mengandung senyawa lain disebut heteropolisakarida. Umumnya polisakarida
berupa senyawa berwarna putih dan tidak berbentuk Kristal, tidak mempunyai rasa
manis dan tidak bersifat mereduksi. Berat molekul polisakarida bervariasi dari
beberapa ribu hingga lebih dari satu juta. Polisakarida yang dapat larut dalam
air akan membentuk larutan koloid. Beberapa polisakarida yang penting di
antaranya adalah amilum, glikogen, dekstrin, dan selulosa (Ronditasyah, 2009).
Oligosakarida adalah produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida.
Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh manusia
(Murray dkk, 2009).
Uji Molish adalah uji kimia kualitatif
untuk mengetahui adanya karbohidrat. Uji Molish dinamai sesuai penemunya yaitu
Hans Molish, seorang alhi botani dari Australia. Uji ini didasari oleh
reaksi dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat membentuk cincin furfural yang
berwarna ungu. Reaksi positif ditandai dengan munculnya cincin ungu di
purmukaan antara lapisan asam dan lapisan sampel. Sampel yang diuji dicampur
dengan reagent Molisch, yaitu α-naphthol yang terlarut dalam etanol. Setelah
pencampuran atau homogenisasi, H2SO4 pekat
perlahan-lahan dituangkan melalui dinding tabung reaksi agar tidak sampai
bercampur dengan larutan atau hanya membentuk lapisan (Adisendjaja, 2014).
BAB III
METODOLOGI
3.1
Alat dan Bahan
Alat :
Tabung reaksi Bahan : Pereaksi Molisch
Penjepit tabung reaksi
H2SO4 pekat
Rak tabung reaksi
Larutan Iodium
Pipet tetes Pereaksi Benedict
Sikat tabung reaksi Pereaksi Millon
Pengatur waktu Larutan uji (Amilum, Sukrosa, Fruktosa, Laktosa, Maltosa, Glukosa, Arabinosa) masing- masing konsentrasi 1%.
3.2
Cara Kerja
A. Uji Molisch
1. Memasukkan
15 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi.
2. Menambahkan
3 tetes pereaksi Molisch. Mengaduk sampai homogen.
3. Memiringkan
tabung reaksi, lalu mengalirkan dengan hati-hati 1 ml H2SO4
pekat melalui dinding tabung agae tidak tercampur.
Reaksi positif ditandai
dengan terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas antara kedua lapisan.
B. Uji Iodium
1. Memasukkan
3 tetes larutan uji ke dalamtabung reaksi.
2. Menambahkan
2 tetes larutan Iodium.
3. Mengamati
warna spesifik yang terbentuk.
C.
Uji Benedict
1. Memasukkan
5 tetes larutan uji ke dalam tabung reaksi dan 15 tetes pereaksi Benedict.
Mencampurkan dengan baik.
2. Mendidihkan
diatas api kecil selama 2 menit.
3. Mendinginkan
perlahan-lahan.
4. Memperhatikan
warna atau endapan yang terbentuk.
Reaksi positif ditandai dengan timbulnya
endapan warna biru kehijauan,
kuning atau warna bata, tergantung pada kadar
gula pereduksi yang ada.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A.
Uji
Molisch
Bahan
|
Hasil
Uji Molisch
|
Karbohidrat
(+/-)
|
Amilum 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Sukrosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Laktosa 1%
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
(+)
|
Maltosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Fruktosa 1%
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
(+)
|
Glukosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Arabinosa 1%
|
Terbentuk cincin berwarna ungu
|
(+)
|
B.
Uji
Iodium
Bahan
|
Hasil
Uji Molisch
|
Karbohidrat
(+/-)
|
Amilum 1%
|
Sedikit keruh, terbentuk cincin
|
(+)
|
Sukrosa 1%
|
Sedikit keruh, terbentuk cincin
|
(+)
|
Laktosa 1%
|
Agak keruh, terbentuk cincin
|
(+)
|
Maltosa 1%
|
Bening, terbentuk cincin
|
(-)
|
Fruktosa 1%
|
Bening, terbentuk cincin
|
(-)
|
Glukosa 1%
|
Bening, terbentuk cincin
|
(-)
|
Arabinosa 1%
|
Bening, terbentuk cincin
|
(-)
|
C.
Uji
Benedict
Bahan
|
Hasil
Uji Molisch
|
Karbohidrat
(+/-)
|
Amilum 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Sukrosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Laktosa 1%
|
Berubah menjadi merah bata
|
(+)
|
Maltosa 1%
|
Terdapat perubahan walaupun sedikit menjadi biru
kehijauan
|
(+)
|
Fruktosa 1%
|
Berubah menjadi merah bata
|
(+)
|
Glukosa 1%
|
Tidak ada perubahan
|
(-)
|
Arabinosa 1%
|
Terjadi perubahan menjadi biru kehijauan
|
(+)
|
BAB V
PEMBAHASAN
Bentuk molekul
karbohidrat paling sederhana terdiri dari satu molekul gula
sederhana yang disebut monosakarida,
misalnya glukosa, galaktosa,
dan fruktosa.
Banyak karbohidrat merupakan polimer
yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang
serta dapat pula bercabang-cabang, disebut polisakarida,
misalnya pati, kitin, dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida,
terdapat pula disakarida (rangkaian dua monosakarida) dan oligosakarida
(rangkaian beberapa monosakarida).
Oleh karena itu diadakanlah percobaan
mengidentifikasi karbohidrat ini. Dalam praktikum identifikasi karbohidrat ini
dilakukan beberapa uji yaitu uji molisch, uji iodium dan uji benedict. Dimana,
bahan yang digunakan dalam hal ini adalah amilum, sukrosa, fruktosa, laktosa,
maltosa, glukosa dan arabinosa.
Pada percobaan uji molisch, kami
mendapatkan hasil bahwa yang positif mengandung karbohidrat ialah larutan laktosa,
fruktosa dan arabinosa karena ketiga
larutan tersebut membentuk secara jelas cincin berwarna ungu pada
pembatas antara kedua lapisan larutan. Menurut literatur, larutan yang bereaksi positif akan memberikan cincin
yang berwarna ungu ketika direaksikan dengan alfa-naftol dan asam sulfat pekat.
Diperkirakan, konsentrasi asam sulfat pekat bertindak sebagai agen dehidrasi
yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan turunannya yang kemudian
dikombinasikan dengan alfa-naftol untuk membentuk produk berwarna. Reaksi
pembentukan furfural ini adalah reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air
dari suatu senyawa. Dimana pereaksi molish membentuk cincin berwarna ungu pada
larutan glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa, dekstrin dan amilum. Cincin ungu pada glukosa dan fruktosa lebih banyak karena
merupakan monosakarida. Sedangkan amilum adalah polisakarida yang harus
dihidrolisis menjadi monosakarida terlebih dahulu sebelum terdehidrasi menjadi
furfural. Berdasarkan prinsip percobaan dengan uji molish, hasilnya (fulfural)
mengalami sulfonasi dengan alfa naftol dan memberikan senyawa berwarna ungu
kompleks (Chang R, 2006).
Dan hal ini tidak terbukti pada percobaan yang
telah kami lakukan, karena tidak semua bahan-bahan (larutan karbohidrat) yang kami uji
memberikan reaksi yang sesuai (sama) dengan prinsip tersebut. Dimana hanya
larutan laktosa, fruktosa dan arabinosa saja yang memberikan reaksi berupa warna ungu kompleks. Hal ini mungkin
disebabkan oleh kepekatan larutan uji dan kepekatan larutan pereaksi yang tidak
sesuai atau pun disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam melakukan uji
molisch ini.
Pada percobaan uji iodium, kami
mendapatkan hasil bahwa hanya larutan amilum, sukrosa dan laktosa saja yang
positif mengandung karbohidrat karena ketiga larutan ini mengalami perubahan
warna menjadi keruh dan terbentuknya cincin di permukaan larutan setelah
ditambahkannya laruta iodium. Menurut literatur (Hala,
2009)
diterangkan bahwa reaksi positif iodium ditandai dengan adanya
perubahan warna menjadi biru. Warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah
hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Ikatan antara pati dan
iodium ini belum diketahui dengan jelas, ada teori yang menyebutkan bahwa
terbentuk kompleks adsorpsi pati-iodium, ada pula teori lain yang menyebutkan
bahwa pati iodium membentuk suatu senyawa. Perbedaan antara hasil uji yang kami
lakukan dengan yag ada pada literatur di perkirakan dapat terjadi disebabkan
oleh kesalahan praktikan pada saat melakukan uji tersebut.
Pada percobaan uji benedict, kami
mendapatkan hasil bahwa hanya larutan laktosa berubah warna menjadi merah bata,
larutan maltosa berubah warna menjadi biru kehijauan, larutan fruktosa berubah
warna menjadi merah bata dan larutan arabinosa berubah warna menjadi biru
kehijauan. Perubahan warna tersebut terjadi setelah larutan uji ditetesi
larutan pereaksi benedict dan dididihkan di atas api kecil selama 2 menit.
Menurut literatur, pada uji benedict, hasil uji positif ditunjukkan oleh
fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa, sedangkan untuk karbohidrat jenis
sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif. Sekalipun aldosa atau ketosa berada
dalam bentuk sikliknya, namun bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan
sejumlah kecil aldehida atau keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau
keton ini dapat mereduksi berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat
yang menunjukkan hasil reaksi positif dinamakan gula pereduksi (Imamkhasani, 2000). Hasil berbeda
ditemukan pada arabinosa yang menunjukkan hasil positif sedangkan pada
literatur seharusnya negative, sedangkan pada glukosa menunjukkan hasil
negative karena tidak adanya perubahan warna pada saat percobaan padahal
semestinya menurut literatur hasilnya adalah positif. Perbedaan antara hasil
percobaan yang kami telah lakukan dengan hasil menurut literatur ini bisa jadi
dikarenakan kesalahan pada saat melakukan percobaan dan kelalaian pada saat
memperhatikan perubahan warna yang terjadi.
BAB VI
PENUTUP
6.1
Kesimpulan
1.
Mengidentifikasi adanya karbohidrat
dapat dilihat dari terbentuknya warna ungu pada larutan uji molisch
pada bahan Amilum 1% menunjukan bahwa larutan tersebut mengandung karbohidrat.
2.
Monosakarida ditandai
jika pada Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat
membentuk senyawa berwarna biru. Sedangkan untuk membedakan
larutan di sakarida di tandai dengan terbentuknya larutan yang
berwarna biru dan bagian bawah terdapat endapan kemerahan bila didihkan
cukup lama hingga terjadi hidrolisis.
3.
Untuk membuktikan adanya
polisakarida di tandai dengan terbentuknya warna biru
tua pada bahan praktikum yang diamati.
4.
Untuk membuktikan adanya gula
pereduksi dilakukan dengan pengujian uji benedict yang di tandai dengan adanya endapan warna biru
kehijauan, kuning atau merah bata, tergantung pada kadar gula pereduksi
yang ada.
6.2
Saran
Sebaiknya dalam
melakukan praktikum, alat-alat yang paling sering digunakan misalnya pipet
tetes di perbanyak jumlahnya agar tidak saling rebutan antar kelompok pada saat
ingin menggunakannya, sehingga waktu yang telah disediakan dapat dimanfaatkan
dengan sebaik baiknya, agar data yang diperoleh lebih akurat.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN:
1. Mengapa
uji Molisch disebut uji yang bukan spesifik untuk karbohidrat ?
2. Pada
percobaan uji Benedict manakah yang menunjukkan hasil negatif ? Mengapa ?
3. Jelaskan
jenis uji lain yang dapat digunakan untuk membuktikan adanya gula pereduksi !
JAWABAN :
1. Karena
tidak ada perbedaan warna dari larutan sehingga tidak dapat mengetahui kadar /
tingkat karbohidrat yang dikandung pada sampel.
2. Pada
literatur, yang menunjukkan hasil negatif
adalah amilum, hal ini terjadi karena pada uji benedict reaksi positif ditandai
dengan timbulnya endapan warna biru kehujauan, kuning atau merah bata,
tergantung pada gula pereduksi yang ada, namun pada amilum
tidak terjadi perubahan warna, hanya terbentuk
warna biru saja, sehingga tidak bisa dikatakan uji positif.
3.
Bahan lain yang dapat membuktikan adanya gula pereduksi
adalah uji fehling dan
uji tollens karena, memiliki rasa manis, sehingga sering disebut gula. Rasa
manis
dari gula disebabkan oleh gugus hidroksilnya. Sifat
mereduksi kedua pereaksi ini disebabkan adanya gugus aldehid atau keton bebas dalam molekulnya.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,
S., 2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Adisendjaja,
Y dkk. (2014). Penuntun Kegiatan
Laboratorium Biokimia. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Chang
R. 2006. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hala,
Yusminah. 2009. Penuntun Praktikum
Biokimia Dasar. Makassar : Jurusan
Kimia FMIPA
UNM.
Imamkhasani. 2000. Biokimia.
Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta : UI Press.
Lehninger, 1982. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar :
Laboratorium Terpadu Kesehatan Masyarakat Regional Indonesia Timur. Universitas
Hasanuddin.
Murray, R. K. dkk. 2009. Biokimia
Harper. Jakarta : Kedokteran EGC.
Poedjiadi, 1994. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia.
Ronditasyah, 2009. Analisis
Makanan. Jogjakarta : Gadja Mada University Press.
Suhara,
2008. Dasar – Dasar Biokimia. Bandung
: Prisma Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar