LAPORAN
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Disusun Oleh :
Nama : Eliza Noviani
NPM : E1G015010
Prodi : Teknologi Industri
Pertanian
Kelompok : 2 (dua)
Hari/jam : Selasa / 10:00 WIB
Tanggal : 29 November 2016
Dosen : 1. Drs. Hasan B.
Daulay, MS
2. Dra. Devi Silsia, M.Si
3. Fitri Electrika Dewi S., STP, M.Sc
Co-ass : 1. Andika Putra
(NPM :
E1G013034)
2. Alif Abdussalam
(NPM :
E1G014024)
Objek Praktikum : UJI AKTIVITAS ENZIM
LABORATORIUM TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Enzim atau
biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat
penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim.
Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme
sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi
enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam
keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang
digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada
Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada
tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang
terdapat dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah
ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini
bagian dalam atau bagian tengah molekul amilum (Poedjiadi, 2006).
1.2
Tujuan
Praktikum
1. Mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim.
2. Membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi
aktivitas enzim.
3. Mengetahui pangaruh konsentrasi enzimterhadap
perombakan substrat.
4. Mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap
aktivitas enzim.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim adalah
sekelompok protein yang berperan sebagai pengkatalis dalam reaksi-reaksi
biologis. Enzim dapat juga didefenisikan sebagai biokatalisator yang dihasilkan
oleh jaringan yang berfungsi meningkatkan laju reaksi dalam jaringan itu
sendiri. Semua enzim yang diketahui hingga kini hampir seluruhnya adalah
protein.Berat molekul enzim pun sangat beraneka ragam, meliputi rentang yang
sangat luas (Suhtanry & Rubianty, 1985).
Terjadinya
penurunan aktivitas enzim dapat dilihat dari hasil hidrolisis substrat yang
dikatalisis. Misalnya, amilum terhidrolisisi menjadi maltosa atau glukosa.
Hasil hidrolisis dapat dibuktikan dengan uji Benedict. Bila positif, berarti
amilum terhidrolisis, sehingga dapat diasumsikan enzim memiliki aktivitas
tinggi. Sebaliknya, bila hasilnya negatif, berarti amilum tidak terhidrolisis
karena enzim tidak aktif atau mengalami penurunan aktivitas (Yazid, 2006).
Enzim berasal dari kata in +
zyme yang berarti sesuatu didalam ragi. Berdasarkan penelitian
maka dapat disimpulkan bahwa enzim adalah suatu protein yang berupa molekul –
molekul besar, yang berat molekulnya adalah ribuan. Sebagai contoh adalah enzim
katalase berat molekulnya 248.000 sedang enzim urese beratnya adalah
438.000.Pada enzim terdapat bagian protein yang tidak tahan panas yaitu disebut
dengan apoenzim, sedangkan bagian yang bukan protein adalah bagian yang aktif
dan diberi nama gugus prostetik, biasanya berupa logam seperti besi, tembaga ,
seng atau suatu bahan senyawa organic yang mengandung logam.Apoenzim dan gugus
prostetik merupakan suatu kesatuanyang disebut holoenzim, tetapi ada juga
bagian enzim yang apoenzim dan gugus prospetiknya tidak menyatu. Contoh koenzim
adalah vitamin atau bagian vitamin (misalnya : vitamin B1, B2, B6, niasin
dan biotin) (Kartasapoetra,
1994).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa
factor, terutama adalah substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap
enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda
karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan
keasaman berubah, diluar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja
secara optimal atau struktur akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan
enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh
molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan ativasi enzim, sedangkan
activator adalah yang meningkatkan aktifitas enzim. Banyak obat dan racun
adalah inhibitor enzim (Soewoto Hafiz, 2000).
Pengaruh suhu terhadap enzim. Karena
struktur protein menentukan aktivitas enzim, maka jika struktur ini terganggu
aktivitas akan berubah. Proses denaturasi protein juga berlaku untuk
protein-protein enzim dan bahan yang mendenaturasi adalah sama. Misalnya enzim
sering memperlihatkan kerapuhan akibat suhu. Jika dipanaskan sehingga kurang
lebih di atas 500C. Kebanyakan, tetapi tidak semua enzim akan terdenaturasi.
Denaturasi akibat suhu tinggi biasanya irreversible karena gaya-gaya ikatan
lemah yang penting rusak akibat meningkatnya getaran termal komponen atau
atom-atomnya, suatu fenomena yang merusak struktur tiga dimensi. Pada kondisi
yang tidak menyebabkan denaturasi, kebanyakan enzim menunjukkan adanya suhu
optimum dengan keadaan lainnya sama untuk mencapai aktivitas optimal (Montgomery
et al,1983).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
Tabung reaksi Bahan : Larutan
amilum 2%
Penjepit tabung reaksi
Enzim amylase (saliva)
Rak tabung reaksi Larutan
iodium
Pipet ukur Pereaksi
Benedict
Gelas kimia Larutan
HCl 0,4%, pH = 1
Spritus
3.2
Cara Kerja
A. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
1. Menyediakan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian
mengisi tabung 1 dengan 2 ml larutan HCl 0,4%; tabung ke 2 dengan 2 ml aquades,
tabung ke 3 dengan 2 ml Na2CO3 0,5%.
2. Kedalam tiap tabung menambahkan 2 ml larutan amilum
dan 1 ml enzim amilase.
3. Mencampurkan sampai homogen, kemudian membiarkan selama
15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi
benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
B. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim
1. Menyiapkan 3 tabung reaksi yang bersih, kemudian pada
tabung 1,2 dan 3 berturut-turut diisi dengan enzim amilase 0,5 ml; 1,0 ml dan 1,5
ml.
2. Ke dalam tiap-tiap tabung menambahkan larutan amilum 2
ml.
3. Mencampurkan dengan baik, kemudian membiarkan selama
15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi
benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
C. Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas
Enzim
1. Menyiapkan 4 tabung reaksi yanng bersih, kemudian
diisi berturut-turut dengan larutan amilum 1 ml; 2 ml; 4 ml dan 6 ml.
2. Ke dalam tiap-tiap tabung menambahkan enzim amilase 1
ml.
3. Mencampurkan dengan baik, kemudian membiarkan selama
15 menit.
4. Selanjutnya menguji dengan larutan iodium dan pereaksi
benedict.
5. Mengamati dan mencatat perubahan warna yang terjadi.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Pengaruh pH terhadap Aktivitas Enzim
No
Tabung
|
pH
|
Perubahan Warna
|
|
Uji Iodium
|
Uji Benedict
|
||
1
|
1
HCl
|
Warna kuning pucat
|
+
|
2
|
7
Aquades
|
Warna kuning pucat
|
+
|
3
|
9
Na2CO3
|
Bening
|
+
|
B. Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Aktivitas Enzim
No
Tabung
|
Konsentrasi
Substrat
|
Konsentrasi
Enzim
|
Perubahan Warna
|
|
Uji Iodium
|
Uji Benedict
|
|||
1
|
Amilum
2 ml
|
Amilase
0,5 ml
|
Larutan yang awalnya keruh berubah menjadi
bening setelah uji iodium
|
Tidak ada perubahan
|
2
|
Amilum
2 ml
|
Amilase 1,0 ml
|
Larutan yang awalnya
keruh berubah menjadi bening setelah uji iodium
|
Tidak ada perubahan
|
3
|
Amilum
2 ml
|
Amilase 1,5 ml
|
Larutan yang awalnya
keruh berubah menjadi bening setelah uji iodium
|
Tidak ada perubahan
|
C. Pengaruh
Konsentrasi Substrat terhadap Aktivitas Enzim
No
Tabung
|
Konsentrasi
Substrat
|
Konsentrasi
Enzim
|
Perubahan Warna
|
|
Uji Iodium
|
Uji Benedict
|
|||
1
|
Amilum
1 ml
|
Amilase
1 ml
|
Warna iodium kuning berubah bening setelah
dicampur sampel
|
Tidak ada perubahan
|
2
|
Amilum
2 ml
|
Amilase
1 ml
|
Warna iodium kuning berubah bening setelah
dicampur sampel
|
Tidak ada perubahan
|
3
|
Amilum
4 ml
|
Amilase
1 ml
|
Warna iodium kuning berubah bening setelah
dicampur sampel
|
Tidak ada perubahan
|
4
|
Amilum
6 ml
|
Amilase
1 ml
|
Warna iodium kuning berubah bening setelah
dicampur sampel
|
Tidak ada perubahan
|
Kesimpulan
Larutan amilum
dicampur amilase berubah warna menjadi putih susu.
Uji iodium : awalnya bening ditetesi iodium berwarna
kuning beberapa saat
berubah menjadi
bening, kecepatan perubahan sesuai dengan banyaknya konsentrasi substrat dan
konsentrasi enzim amilase.
Uji benedict : tidak ada perubahan warna / tidak terdapat
endapan.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum yang berjudul Uji Aktivitas Enzim ini, bertujuan agar praktikan dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, mampu
membuktikan bahwa derajat keasaman (pH) mempengaruhi aktivitas enzim,
mengetahui pengaruh konsentrasi enzim terhadap perombakan substrat dan
mengetahui pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim. Enzim
merupakan senyawa berstruktur protein yang dapat berfungsi sebagai kasalisator
dan dikenal sebagai biokatalisator. Pada percobaan ini menggunakan alat yaitu
tabung reaksi, penjepit tabung reaksi, rak tabung reaksi, pipet ukur, gelas
kimia dan spirtus
sedangkan bahan yaitu larutan amilum 2%, enzim amilase (saliva), larutan iodium, pereaksi benedict dan
larutan HCl 0,4%.
Pada pengaruh pH terhadapa aktivitas enzim, digunakan 3 buah tabung reaksi, dimana pada 3 tabung reaksi dilakukan pengisian tabung reaksi pertama
diisi 2 ml larutan HCl 0,4%, tabung reaksi kedua diisi 2 ml aquadest, tabung
reaksi ketiga diisi Na2CO3 0,5% dan penambahan 2 ml larutan amilum dan 1 ml enzim amilase pada ketiga tabung reaksi yang kemudian dilakukan pencampuran agar homogen. Setelah
dilakuan pencampuran maka dibiarkan selama 15 menit yang selanjutnya dilakukan
uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini dapat dibuktikan bahwa pH
sangat berpengaruh terhadap aktivitas enzim, dimana pada HCl pH 1dihasilkan warna kuning
pucat pada ujiiodium dan hasil positif pada uji benedict. Pada aquades pH 7
dihasilkan warna kuning pucat pula pada uji iodium serta hasil positif juga
pada uji benedict. Pada Na2CO3 pH 9 didapatkan hasil
warna bening pada uji iodium dan hasil positif pada uji benedict. Literatur yang membenarkan hal ini yaitu enzim
bekerja pada kisaran pH tertentu, jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim
pada beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan
menunjukkan aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi
enzimatik mencapai puncaknya pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH
optimum yang sangat rendah, seperti pepsin, yang mempunyai pH optimum 2. Pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim
akan terdenaturasi. Selain itu pada keadaan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami perubahan muatan
listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat (Soewoto Hafiz, 2000).
Pada percobaan pengaruh konsentrasi enzim terhadap aktivitas enzim
dimana 3 tabung reaksi dimasukkan 0,5 ml enzim amilase pada tabung pertama, 1,0
ml enzim amilase pada tabung kedua, 1,5 ml enzim amilase pada tabung ketiga dan
penambahan larutan amilum 2 ml pada ketiga tabung yang kemudian dicampur agar homogen. Setelah
dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran sampai 15 menit yang selanjutnya
dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini didapatkan hasil yang
sama di semua percobaannya ialah larutan yang awalnya keruh berubah menjadi
bening setelah di tambahkan iodium dan tidak ada perubahan pada uji benedict. Literatur yang menyebutkan tentang
hal ini yaitu
peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik.
Dapat dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan
konsentrasi enzim [E]. Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat
(Soewoto Hafiz, 2000).
Pada percobaan pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktivitas enzim
digunakan 4 buah tabung reaksi yang dimasukkan 1 ml larutan amilum pada tabung pertama, 2 ml larutan
amilum pada tabung kedua, 4 ml larutan amilum pada tabung ketiga, 6 ml larutan
amilum pada tabung keempat dan penambahan enzim amilase 1 ml pada setiap tabung yang kemudian dicampur agar homogen. Setelah
dilakukan pencampuran maka dilakukan pembiaran sampai 15 menit yang selanjutnya
dilakukan uji iodium dan uji benedict. Pada percobaan ini didapatkan hasil yang
sama pada semua percobaannya yaitu warna iodium kuning berubah menjadi bening
setelah dicampur sampel dan tidak ada perubahan pada uji benedict. Literatur yang menyebutkan tentang
hal ini yaitu
pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan
kondisi lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu
batas kecepatan maksimum (V) (Winarno, F.G. 2002).
Hasil yang di dapat pada praktikum ini
tidak sesuai dengan literatur yang telah ada. Hal ini terjadi mungkin
dikarenakan oleh kesalahan praktikan pada saat melakukan praktikum.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1.
Aktifitas enzim sangat dipengaruhi oleh suhu dimana pada
suhu reaksi kimia menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena
enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan
bagian aktif enzim akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim
berkurang.
2.
Keasaman / pH sangat berpengaruh terhadap aktivitas
enzim, dimana pada setiap pH yang berbeda mulai dari 1 sampai 9 hasil uji
iodium dan uji Benedictnya berbeda-beda. Pada pH yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena
menjadi denaturasi protein.
3.
Dapat diketahui bahwa pengaruh konsentrasi enzim terhadap
perombakan substrat dapat dilihat seperti pada katalis, kecepatan suatu
reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada
suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.
4.
Pengaruh konsentrasi substrat terhadap aktifitas enzim dapat
dilihat dari hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan
menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi
kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
6.2 Saran
Untuk alat dan bahan yang
akan digunakan dalam praktikum hendaknya dipersiapkan serta ditambah, agar
setiap melakukan praktikum para praktikan tidak kekurangan alat atau bahan yang
diperlukan.
JAWABAN PERTANYAAN
PERTANYAAN
:
1.
Jelaskan
kegunaan uji iodium dan Benedict dalam percobaan ini.
2.
Apakah suhu dan
pH mempengaruhi aktivitas enzim ? Mengapa ?
3.
Pada suhu berapa
diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
4.
Pada pH berapa
diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
5.
Pada konsentrasi
enzim berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
6.
Pada konsentrasi
substrat berapa diperoleh aktivitas enzim amilase paling optimal ? Mengapa ?
7.
Tulis 3 enzim
lain yang dapat menghidrolisis karbohidrat, masing- masing dengan sumbernya.
JAWABAN :
1.
Kegunaan uji iodium :
untuk mengamati perubahan warna yang
terjadi pada setiap uji.
Kegunaan uji Benedict :
untuk mengamati dan mengetahui
perubahan
warna sekaligus mengetahui
adanya
endapan.
2.
Sangat berpengaruh karena, pada pH yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena
menjadi denaturasi protein.
3.
Pada suhu 37-400C, kerena enzim adalah suatu
protein, maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktif enzim
akan terganggu, sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
4.
Pada pH 7, karena pH 7 adalah normal, jadi air liur atau
enzim amilase akan teatap asam.
5.
Menurut literatur menghasilkan warna hitam kekuningan
yang mana menandakan bahwa reaksi optimal.
6.
Menurut literatur menghasilkan endapan paling banyak
yang menandakan reaksi optimal.
7.
1. Enzim bromelin, sebagai protease bersumber dari
tumbuhan yaitu
nanas.
2. Enzim papain, sebagai protease bersumber dari
papaya.
3. Enzim lisozom bersumber dari putih telur.
DAFTAR PUSTAKA
Soewoto
Hafiz, dkk. 2000. Biokimia eksperimen laboratorium. Jakarta: Widya
Medika
Kartasapoetra,a.g,
1994, Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta : Rineka Cipta
Montgomery,
R. R.L Cornay T.W, Spector, A.A.1983.
Biokimia Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta : Gajah Mada University
Press
Poedjiadi,
Anna, 2006. Dasar-dasar Biokimia, Jakarta : Universitas Indonesia PRESS
Suhtanry,
Rubianty, 1985. Kimia Pangan. Makassar : Badan Kerja Sama Perguruan Negeri
Indonesia Bagian Timur
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta
: Gramedia
Yazid,Estien.
2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta:
ANDI